Apakah "Indonesia butuh ketawa"?
Ya, cukup "satir" bila meresapinya secara dalam dan jadi sindiran yang cukup menohok, serta dapat dimaklumi adanya.
Karena memang sangat benar sekali adanya, kita memang sedang butuh ketawa, bahkan bukan hanya sekedar ketawa yang biasa-biasa saja, tapi kita butuh ketawa yang lepas tanpa beban, ketawa yang menyehatkan.
Kita perlu dan butuh ketawa sehat yang lepas dan segar tanpa beban, tertawa dengan terbahak-bahak yang mengocok perut, sampai karena saking gelinya, saking riang gembira dan bahagianya, kita jadi meneteskan air mata.
Kenapa "Indonesia butuh ketawa" dan apakah kita memang sudah "lupa ketawa", atau bahkan jadi nggak ingat lagi bagaimana caranya ketawa?
Ya, secara umumnya, kalau merasakan bagaimana tekanan beban hidup dan beban pikiran kita selama pandemi corona yang memaksa kita dalam keadaan yang tidak menentu ini.
Lalu, kalau ditambah dengan panasnya suhu politik yang menciptakan tensi tinggi dengan segala keangkuhannya dan kegaduhannya, baik itu di dunia maya dan di dunia nyata, yang justru perilaku keangkuhan dan kegaduhan tersebut terkadang sangat memekakan dan nggak penting banget.
Maka jadi sangat logis dan masuk akal rasanya, kalau kita memang sudah sangat butuh ketawa, "Indonesia butuh ketawa" dan secara jujur kita harus mengakui, bahwa ternyata tanpa disadari, kita sudah terlalu "sensi" dan "garing" banget.
Ya, entah disadari atau tidaknya, nampaknya kita memang sudah terlalu "sensi" atau sensitif, karena kita terlalu mudah terpantik sewot, marah, emosi dan gampang tersinggung oleh sebab beratnya beban hidup karena pandemi corona dan keangkuhan dan gaduhnya perpolitikan.
Sehingga karenanya, apapun yang ada dalam kehidupan rasanya jadi "garing", apa-apa jadi terlalu mudah dijadikan masalah dan persoalan, jadi terlalu dianggap serius, tegang, sampai jadi mudah "baper".