Lihat ke Halaman Asli

Sigit Eka Pribadi

TERVERIFIKASI

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

Janganlah Kentut Sembarangan, Kentutlah pada Tempatnya

Diperbarui: 26 November 2019   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar | Dokumen Thinkstock/Detik.com

Kentut ada yang berbunyi dan ada yang tak berbunyi. Menyoal kentut terkadang merupakan hal yang sepele semata.

Memang kentut itu sama sekali tak dilarang, namun yang jadi tidak sepele adalah ketika dampak dari kentut itu harus di tanggung bersama oleh khalayak ramai dan menjadi tanggung jawab toleransi, sopan santun dan etika

Kentut datangnya memang diluar prediksi, tanpa mengenal situasi dan tempat, tetiba saja rasa itu bisa datang seketika, kapan saja dan dimana saja, mau sendirian atau dikhalayak ramai, akhirnya terkadang karena situasi dan tempat sudah tak memungkinkan lagi untuk beralih.

Walaupun dengan susah payah sudah berusaha menahannya namun karena sudah tak bisa lagi ditahan dan beralih tempat, maka dengan terpaksa akhirnya lepas juga gas buang itu, dan akibatnya dampaknya ditanggung bersama.
Biasanya jenis kentut ini, karena proses keluarnya ditahan-tahan atau "diempet" dan dilakukan diam-diam, maka pada umumnya hasilnya tidak berbunyi dan gas buangnya baunya minta ampun.

Kemudian bisa dibayangkan yang terjadi orang disekeliling kita pada pusing tujuh keliling, dengan gerak respon dan spontan tingkat tinggi, serentak bergerak tutup hidung, dan spontan estafet tengok kanan kiri mencari asal muasal siapakah sebenarnya sang pelaku.

Meskipun pada banyak yang terjadi dalam kondisi ini, pelaku kentut tak pernah terdeteksi, karena biasanya dari pada ketahuan pelaku ikut juga tutup hidung dan berlaku sama dengan orang sekelilingnya seolah-olah ikut mencari siapa pelakunya.

Padahal yah dirinya sendirilah yang melakukannya, dan pelaku masih selamat dan beruntung karena masih dapat menghindari malu dan rasa tidak enak pada orang karena kentut tersebut.

Berbeda nasib, ketika pada kondisi yang sama seperti diatas, ndilalah kentutnya bunyi, fales pula karena diempet dan gas buang yang dihasilkan baunya minta ampun.

Dan bisa ditebak kesan selanjutnya dari orang disekeliling, sorot mata tajam tak terima, sinis, jutek akan tertuju pada pelaku, seratus persen semuanya bakal serentak hanya bisa ngedumel dan membatin dalam hati dan pelaku bakal malu minta ampun.

Situasi diatas biasanya banyak terjadi ketika di angkot, dibus kota, dikereta yang penuh berjubel orang, atau mungkin memang situasi yang tak memungkinkan beralih ke tempat lainnya.

Mungkin dalam situasi ini kentut masih bisa sedikit ditolerir dan diampuni, yah mau gimana lagi namanya juga tidak memungkinkan beralih tempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline