Perkembangan bentuk propaganda semakin meningkat pesat saat ini di Indonesia, berbagai bentuk propaganda banyak dilakukan oleh para elit politik dan elit pemerintah baik yang berkuasa maupun yang ingin berkuasa. Selain itu propaganda saat ini turut juga terbangun dalam sosial masyarakat.
Propaganda sendiri artinya adalah merupakan rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang.
Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak pihak.
Selain propaganda yang digaungkan pada umumnya dan juga propaganda berdasarkan data, maka di era kemajuan zaman saat ini juga banyak berubah menjadi propaganda dalam bentuk nyinyir dikalangan masyarakat.
Setiap isu dalam momen momen tertentu seperti pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden, atau momen lainnya selalu diangkat menjadi tema dan biang terbentuknya propaganda yang juga berdampak pada masyarakat.
Tanpa segan para elit politik dan elit pemerintah berlomba lomba menelurkan propagandanya di setiap panggung politik ataupun demokrasi yang bertujuan untuk memenangkan kontestasi dan kekuasaan.
Persoalan mengenai propaganda tersebut dapat dipahami oleh publik atau tidak, itu persoalan bagaimana nantinya saja atau itu urusan belakangan.
Karena pada akhirnya, publiklah yang akan mengikuti dan turut terbawa dalam propaganda yang dibuat oleh para elit politik dan elit pemerintah tersebut.
Sehingga berlatar belakang berbagai alasan diatas muncullah istilah seperti; kritik, nyindir, dan nyinyir yang telah menyatu dalam dialektika dan perilaku politik di Indonesia saat ini.
Sampai saat ini jadi agak sulit membedakan antara kritik, nyindir, dan nyinyir. Semuanya sudah bukanlah hal yang tabu lagi dalam konteks propaganda dalam politik.
Kadang kala yang berlaku sindiran disebut kritik, kritik disebut nyinyir, atau nyinyir disebut kritik dan nyindir disebut nyinyir.