Ibu pertiwi sedang hamil tua itulah yang bisa dikatakan pasca pemilu 2019 ini, karena tak lama lagi bakal lahir pemimpin yang akan menentukan masa depan negeri ini. Beberapa kontraksi politik, makin merebaknya isyu hoaks, dan berbagai efek pasca pemilu hingga gugurnya pahlawan pemilu yang terjadi beberapa waktu belakangan ini seolah menjadi sebuah penanda sebuah kelahiran yang cukup menyulitkan ibu pertiwi.
Janin yang bakal lahir dari rahim ibu pertiwi ini ternyata kembar dan keduanya memiliki simpatisan dari rakyatnya yang menginginkan salah satu dari mereka menjadi pemimpin. Sebelumnya sang bakal calon putera mahkota inipun telah di USG melalui berbagai proses dan tahapan dalam kontestasi politik dan tergelar dalam sebuah pesta demokrasi yang nyata yaitu pemilu pilpres 2019 yang lalu.
Saat ini kedua kekuatan simpatisan sang putra mahkota ini merasa saling memenangi proses pemilu yang di laksanakan, sehingga para ahli membutuhkan data data real yang akurat dan tepat untuk membuktikan siapakah yang berhak menjadi pemimpin negeri ini.
Namun dihadapkan dengan siapa yang berhak menjadi pemimpin negeri ini, kedua janin itu nampaknya harus menunggu waktu lahirnya, walaupun masing masing janin ini telah di dukung masing masing simpatisannya.
Para ahlipun sudah bersiap untuk mempersiapkan proses kelahiran janin kembar ini. Karena mereka inilah yang menentukan secara sah siapa yang dinyatakan sebagai pemimpin resmi sesuai dukungan terbanyak rakyat negeri ini.
Namun yang patut di khawatirkan adalah kondisi sang ibu pertiwi belakangan ini, kontraksi yang dialami semakin terasa hebat, akibat situasi dan kondisi yang terjadi belakangan ini semakin mempengaruhi keadaan ibu pertiwi, selain itu ibu pertiwi juga merasa kedua janinya juga berontak saling berebut mendapat pengakuan.
Ibu pertiwi semakin khawatir, dua kekuatan besar bakal menyertai proses kelahiran sang putera mahkota ini, dua kekuatan yang berpotensi membuat rawan kondisi konflik negeri ini.
Masih terngiang tanyanya dari nurani akankah kelahiran sang putra mahkota yang sah sebagai pemimpin dapat diterima secara legowo oleh simpatisan kembarannya ataukah bakal terjadi pertumpahan darah dan perang saudara. Bila itu terjadi menangislah ibu pertiwi ini, janin kembar yang dikandungnya ternyata membawa petaka.
Ibu pertiwi berharap ke depan kelahiran sang putera mahkota yang sah dinobatkan jadi sang pemimpin, tidak membawa kehancuran negeri ini, ibu pertiwi hanya berharap kelahiran janinnya nanti membawa keberkahan dan kedamaian serta rahmat yang sentausa demi masa depan negeri ini.
------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H