Menjelang pesta demokrasi Indonesia Pemilu 2019 terasa sekali berbagai persiapan oleh pihak terkait, yang mulai sibuk dengan pernak-pernik logistik pemilu, mulai dari kotak suara, bilik suara, surat suara dan sebagainya.
Mengulas tentang topik ini, saya jadi ingat tentang polemik surat suara di keluarga dan tetangga. Ternyata tahun ini adalah tahun pemilu yang cukup rumit tentang surat suara, karena ada 5 jenis surat suara yang diklasifikasikan dengan warna sesuai kategori pilihan mulai dari pilpres dan pileg.
Keyakinan akan paham dan mengertinya pemilih tentang surat suara sepertinya masih menjadi isyu yang menarik untuk diulas, seperti bapak dan ibuku misalnya, pernah saat saya tanya mengenai surat suara, ternyata kedua orang tua saya ini masih gagal paham, dan usia orang tua saya sudah 68 tahun, ini termasuk usia lansia.
Nggo opo kok nganti 5 lembar toh le, ora mudeng bapak, pokoke bapak nyoblos sing ono gambar prabowo ne wae." Kata bapak. Tak jauh beda dengan ibuku, walahhh ibu ora mudeng le, ibu pokoke nyoblos seng ono prabowone,"kata ibu.
Itulah sekilas gambaran rumitnya surat suara, terlepas dari pilihan orang tua saya, itu adalah hak politik keduanya, disini saya hanya menggambarkan fakta diatas tentang kepolosan orang tua saya menyikapi rumitnya surat suara tahun ini.
Hal ini masih dilingkup orang tua saya, tapi prediksi saya, apa yang terjadi pada orang tua saya ini, mungkin juga banyak didapati pada para lansia lainnya yang gagal paham mengenai 5 lembar surat suara. Ini bisa menjadi dampak dan potensi-potensi prosentase perolehan suara pada pemilu mendatang.
Kemudian juga dengan para tetangga rumah almarhum kedua mertua saya, saat selesai acara selamatan dirumah, sambil menikmati suguhan hidangan yang disajikan, disela itupun nampak juga saya dengar oborolan mereka tentang politik, dan membahas tentang surat suara dan banyak yang berkomentar repot sekarang musti bolak balik buka lembar surat suara.
Inilah yang menjadi polemik, begitu rumitnya surat suara pemilu tahun ini. Sebagian orang masih banyak yang gagal paham tentang surat suara, dari sekarang andapun boleh coba sendiri, pada lingkungan sekitar tentang surat suara tentang realita di masyarakat mengenai surat suara.
Terkait ini, bukan semata saya sok pinter atau menggurui, nampaknya ke depan mesti menjadi bahan evaluasi tentang polemik surat suara ini di masyarakat. Upaya serius harus dilakukan guna menekan mubazirnya hak suara dan potensi golput demi pemilu yang baik dimasa yang akan datang.
*****
Sigit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H