Venezuela, Negara dengan ibukota Caracas dengan populasi sekitar 31 juta penduduk ini yang dahulunya kaya nan raya, kini diambang kehancuran, bahkan terakhir sebelum krisis bahwa pendapatan perkapita penduduknya sekitar $ 4.300. Ini terbilang makmur untuk suatu negara.
Kondisi Venezuela terakhir di tahun 2019, semakin memprihatinkan, sehingga pemerintahnya menyatakan Venezula sedang dilanda krisis.
Beberapa hal yang menjadi penyebab dibalik krisis tersebut sampai kini masih belum dapat diatasi oleh pemerintah, sesuai hasil analisa dan beberapa sumber yang merilis kondisi negara tersebut mengemukakan hasil analisis yang kurang lebih hampir seragam.
Seperti halnya menurut analisa Bloomberg, produksi minyak makin menurun hingga 100 ribu barel per hari pada serta didukung pernyataan dari Universitas Pusat Venezuela mengatakan produksi minyak ini mencapai titik terendah dalam 70 tahun terakhir, sedangkan sebagian besar cadangan minyak di Venezuela punya andil hampir 25 persen dari semua minyak mentah yang dikendalikan oleh produsen terbesar dunia. Venezuela juga mengalami kegagalan industri mengimpor pengencer minyak untuk pertama kalinya dalam sejarahnya. Hingga kini kondisi Impor makin menurun hingga sebanyak 200 ribu barel per hari.
Inflasi yang terjadi di Venezuela tetap tinggi sejak kepresidenan Chavez dan menjelang akhir masa jabatannya sampai Kepresidenan Maduro.
Beberapa data statistik yang dirilis kepada media yaitu, tingkat inflasi pada tahun 2014 mencapai 69 persen dan merupakan yang tertinggi di dunia. Angka tersebut kemudian meningkat menjadi 181 persen pada tahun 2015, 800 persen pada tahun 2016, 4.000 persen pada tahun 2017 dan 833,997 persen pada Oktober 2018.
Kemudian pada 20 Agustus 2018, Presiden Maduro mengumumkan mengeluarkan mata uang baru, dengan artian satu juta Bolivar lama sama dihargai dengan 10 Bolivar baru, ditambah lagi dengan penurunan sektor bisnis penerbangan, menurut pernyataan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Pemerintah Venezuela menahan 3,8 miliar dolar dari maskapai penerbangan, sehingga makin memperparah krisis.
Kemudian analisa dari Indeks Persepsi Korupsi Transparency International (TNI), juga menyatakan bahwa korupsi di Venezuela sangat tinggi. Awal kemunculan korupsi di Venezuela adalah minyak. Transparency International saat ini menempatkan Venezuela di antara 20 negara terkorup di dunia.
Didukung jajak pendapat Gallup yang menemukan bahwa 75 persen rakyat Venezuela percaya bahwa korupsi menyebar di seluruh pemerintah Venezuela.
Krisis Venezuela juga karena terlilit utang. Menurut Bank Sentral Venezuela, utang luar negeri negara Venezuela mewakili 55 persen termasuk dalam bentuk obligasi utang domestik dan luar negeri, tagihan treasury dan pinjaman bank.
Sejak pemberlakuan kontrol harga dan kebijakan lain selama kebijakan ekonomi pemerintah Hugo Chavez. Kekurangan makin parah di bawah kebijakan ekonomi pemerintah Nicolais Maduro. Kebijakannya Maduro saat itu menahan dolar Amerika Serikat dari importir dengan kontrol harga semakin memparah keadaan.
Kekurangan tersebut terjadi pada produk yang diregulasi, seperti susu, berbagai jenis daging, ayam, kopi, beras, minyak, tepung terigu, harga mentega, dan juga kebutuhan dasar seperti kertas toilet, produk kebersihan pribadi dan obat-obatan. Sebagai akibat dari kekurangan ini, warga Venezuela harus mencari makanan. Mereka harus menunggu antrean berjam-jam untuk bisa mendapat makanan.