Lihat ke Halaman Asli

Filsafat Politik dan Etika Politik dalam Kontruksi Budaya Politik

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Filsafat Politik dan Etika Politik dalam Kontruksi Budaya Politik

Politik senyatanya adalah riil pertarungan akan eksistensi kekuasaan. Politik pada dasarnya merebutkan kekuasaan dan berkencenderungannya adalah menghalalkan cara, apabila menilik kembali pada realitas pada masa sekarang ini politik di Indonesia berjalan sangat tidak kondusif. Memang secara tegas money politik telah dilarang secara tegas, namun apa yang terjadi pada pemilu tahun 2014 ini yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 April 2014 yang lalu telak banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran mengenai money politik. Ketika saya menanyai salah seorang warga, money politik telah tersalur ketangan masyarakat. Sebenarnya sungguh diprihatinkan, suara yang pegitu penting untuk perubahan negeri dapat dibeli dengan uang tunai.

Masalah yang melanda negeri ini memang tak kunjung usai, namun apalah artinya bila pemuda-pemuda bangsa ini tak mampu untuk meminimalisir masalah yang ada. Oleh karena dengan adanya budaya politik marilah bersama-sama mewujudkan republik ini menjadi negara yang lebih baik.

Budaya politik dalam konteks ini, dalam Haryatnoko, pertama, mau menekankan aspek normatif, kaidah politik, dan terutama pembinaan nilai dan perwujudan cita-cita, dan keharuman bangsa. Kedua, budaya politik dimaksudkan sebagai yang mengarahkan dan membentuk tata hidup, perilaku, dan juga etos bangsa. Dengan demikian, segala aktivitas politik yang dilakukan agar berjalan sebagai mana mestinya. Telah kita ketahui bahwa segala aspek kehidupan manusia bukan berarti kodrat manusia, melainkah sesuatu hal yang harus diusahakan. Seperti yang dikatakan Arendt, politik merupakan seni untuk mengabadikan diri manusia. Mengabadikan seni seseorang merupakan suatu hasil para penguasa yang dikenang dan dicatat akan kebaikan dan jasa-jasa yang telah dilakukan. Budaya politik yang baik adalah budaya politik yang mampu menyumbangan nilai-nilai perubahan, menumbuhkan keadilan, kesadaran, dan menumbuhkan sikap akan tanggung jawab yang besar. Sesungguhnya didalam kekuasaan yang besar, tentu di dalam itu terdapat tanggung jawab yang besar pula.

Eksistensi budaya politik memang penting dalam tatanan berpolitik, namun dalam konteks ini sumbangan ilmu politik dan filsafat politik tidak dapat dihindarkan. Ilmu politik secara rill mendasarkan pada pengamatan empiris, namun filsafat politik lebih pada sesuatu yang sifatnya penafsiran belaka. Fungsi filsafat politik mempunyai tugas bukan mendeskripsikan fakta, melainkan membangun konsep-konsep membuat politik semakin dipahami secara lebih mendalam. Jika terlalu menekankan pada konsep-konsep yang dihasilkan dari filsafat, prinsip-prinsip dan cara berfikir akan abstrak dan kering. Oleh sebab itu, ilmu politik yang menyumbangkan akan kebenaran (fakta) menjadikan filsafat politik tetap hidup dalam mencari konsep-konsep yang baru. Dengan kata lain, bahwa filsafat politik tidak bisa mengabaikan perkembangan ilmu-ilmu politik.

Ilmu-ilmu politik memiliki ciri khas deskriptif, analitis, dan penjelasan karena ambisi keilmiahannya, ilmu politik ingin menjangkau ideal sebuah pengetahuan yang objektif dan bebas nilai meskipun itu tidak mungkin. Sedangkan filsafat politik lebih reflektif, sintetis, dan menyeluruh sehingga menuntut pengambilan jarak untuk tetap kritis terhadap realitas politik. Filsafat politik selalu menentukan cara pandang tertentu dan menuntut suat penilaian (sintesis). Filsafat politik sangat kental dengan unsur normatif. Oleh sebab itu, refleksi filosofis hanya mungkin dengan penjelasan dari sebuah ideal yang mengandaikan sebuah konsepsi tentang manusia dan tujuannya. Filsafat merupakan upaya rasioanal untuk memahami struktur-struktur dasar pengalaman dan realitas (Jean Ladriere). Yang dimaksud struktur-struktur dasar adalah struktur dasar pengalaman dan realitas politik. Filsafat politik tidak bisa disamakan begitu saja dengan upaya pengetahuan untuk mengetahui kebenaran. Namun, ia tidak sama dengan suatu ideologi. Mengingat kembali, filsafat politik merupakan refleksi untuk memperdalam segi-segi politik dan dengan upaya ini kehidupan politik dapat mengungkap struktur-strukturnya, maknanya, dan niainya. Oleh karenanya, filsafat politik tidak dapat di pisahkan dengan keberadaan politik yang senantiasa selalu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia (kehidupan sosial).

Pada hakikatnya perkembangan politik selalu megalami permasalahan yang mengusik para filsuf politik, yakni memburuknya hubungan antara filsafat politik dengan perkembangan politik itu sendiri. Karena itu tugas filsafat politik harus mampu memaparkan pernyataan-pernyataan normatif yang terkait dengan politik yang baik. Filsafat politik harus menelusuri kembali sampai pada satu hakikat kekuasaan, hukum, dan demokrasi. Sekaligus filsafat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan dewasa ini seperti transformasi negara demokrasi, kewarganegaraan, kekerasan politik, dan kecenderungan pada primordialisme.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline