Tahun 90an, ketika pesona Serie A Italia menyihir dunia, berbagai media cetak mulai menambah kuota berita sepak bola minimal seminggu sekali. Tabloid olahraga yang terbit sekali dalam seminggu tak ketinggalan menambah halaman untuk berita cabang olahraga sepak bola, karena pesona sepak bola sudah memantik penggemar sepak bola di Indonesia untuk juga mengikuti berita dan perkembangannya di media cetak.
Tayangan langsung sepak bola yang mulai marak seiring munculnya televisi swasta membuat penggemar sepak bola dimanjakan. Ketika TVRI masih menjadi satu-satunya televisi, tayangan langsung sepakbola sangat jarang.
Paling-paling final Piala Champions (waktu itu, sekarang Liga Champions), final Piala UEFA (sekarang Europa League), final Piala winner (yang sekarang sudah dilebur dengan Liga Champions), final Piala FA di Inggris, serta laga-laga penting Piala Eropa, atau Piala Dunia.
Sebagai televisi plat merah yang tak menerima tayangan iklan, tentu saja TVRI hanya memilih pertandingan-pertandingan ‘yang penting saja’. Sementara sejak kemunculan televisi swasta yang dibiayai iklan, setiap akhir pekan penggemar sepak bola bisa menyaksikan tayangan Liga Serie A Italia (yang waktu itu sedang menjadi kiblat sepak bola dunia) dan juga Liga Inggris secara rutin.
Dari sini, karena kemudian sepak bola dengan segala serba-serbi yang menghibur dihadirkan sebagai tontonan rutin, maka penggemar juga mulai ingin mengikuti berita terkait dengan sepak bola. Seperti ingin melihat posisi klub favorit di papan klasemen, jadwal pertandingan atau berita terbaru dan sebagainya.
Banyak orang yang sebelumnya tak pernah membeli dan membaca koran merasa perlu membeli koran karena ingin menyimak berita sepak bola. Yang pembelinya meningkat selain media cetak harian tentu saja tabloid khusus olahraga yang terbit sekali dalam seminggu. Meski terbit sekali seminggu, tapi tabloid khusus olahraga memiliki lebih banyak halaman untuk sepak bola dan menyajikan berita sepak bola secara lebih lengkap.
Semakin lama, minat penggemar sepak bola pada berita sepak bola semakin meningkat. Apalagi bagi (Sebagian) penggemar sepak bola yang selain menggemari sepak bola juga senang bertaruh.
Kebutuhan untuk mengetahui jadwal pertandingan, posisi sebuah tim di klasemen, ulasan dan prediksi serta nama-nama pemain bintang dalam sebuah tim sebagai bahan referensi mereka membuat penjualan media cetak (terutama tabloid olahraga) semakin lama semakin meningkat.
Selain menambah halaman, media tersebut juga mulai berinovasi dengan menghadirkan tulisan tentang sepak bola mulai dari tokoh, profil pemain bintang, ulasan taktik, prediksi, bahkan poster pemain top. Semua karena kebutuhan berita dan segala cerita seluk beluk sepak bola semakin meningkat, dan berita sepak bola sendiri telah menjadi komoditi yang menggiurkan.
Ketika tayangan sepak bola semakin banyak, bahkan dalam setiap akhir pekan sebuah stasiun televisi bisa menayangkan lebih dari satu pertandingan, persaingan liga yang terjadi di belahan dunia lain lantas menjadi terasa ada di depan mata dan orang semakin merasa tak bisa untuk tak mengikutinya.
Sayangnya sebuah pertandingan pada akhir pekan beritanya baru akan bisa dinikmati menjelang akhir pekan depan. Di sinilah media harian mendapat limpahan rejeki meski porsi berita sepak bolanya tak lebih banyak dari tabloid olahraga. Berita yang turun menjelang akhir pekan berikutnya di tabloid olahraga menjadi ‘agak basi’. Maka kemudian beberapa tabloid olahraga memaksa untuk terbit dua kali dalam satu minggu agar berita mereka tetap bisa dinikmati selagi masih lumayan hangat.