Lihat ke Halaman Asli

Faktor Kebangkitan Juventus Musim Ini

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juventus Melangkah ke Final UCL 2015

Juventus Melangkah ke Final UCL 2015

Siapa disangka Juventus kali ini bisa menjajaki kedua kakinya di Final Liga Champions tahun 2015 ini setelah menunggu selama 12 tahun terakhir…? Tidak disangka Juventus berhasil mematahkan semua prediksi bahwa Juventus hanya akan menjadi badut eropa saja, karena pada saat penyisihkan grup mengalami dua kekalahan berturut dilaga awal! Status juara bertahan seri A tidak serta merta menjadikan jalan Juventus di kompetisi eropa mulus begitu saja, namun perlahan tapi pasti tim ini mulai menunjukan konsistensi penampilannya. Apa saja faktor-faktor yang membuat Juventus diluar prediksi saat ini, berikut ulasannya:

1. Coach Maximillimiano Allergri

Setelah tiga musim berturut-turut menjuarai Seri A dan memecahkan rekor 100 point di liga lokal, sang pelatih saat itu Antonio Conte secara mengejutkan mengundurkan diri dan memutuskan melatih Tim Nasional Italia. Para managemen Juventus secara mengejutkan juga menunjuk Max Allegri yang mantan pelatih tim rival AC Milan. Seluruh tifosi Juventus yang dikenal sebagai Juventini kecewa dan memandang remeh kiprahnya, karena saat itu ia dipecat karena pada saat itu AC Milan menduduki peringkat 11 serie A. Namun, dengan keteguhan hati nya Allegri berhasil membawa Juventus scudetto empat kali berturut-turut pada saat giornata ke 35 saat mengalahkan Sampdoria 1-0 dan berhasil membawa Juventus menghadapi Lazio di final coppa Italia setelah sebelumnya dikalahkan Fiorentina 2-1 di Juventus stadium pada saat leg 1 semifinal coppa Italia, dan secara mengejutkan pada saat leg ke 2 Juventus berhasil membalikan keadaan 3-0 di stadion Artemio Franchi kandangFiorentina. Dengan tidak terpaku formasi 3-5-2 formasi andalan Juventus saat itu, Allegri berhasil menemukan formulasi yang tepat timnya menjadi 4-3-1-2 ataupun 4-3-3. Hasilnya terbukti, bahwa Juventus secara aggregate berhasil membantai 5-1 Borussia Dortmund pada saat babak 16 besar Champions League. Pada saat semifinal Juventus berhasil menyingkirkan sang juara bertahan Real Madrid dengan aggregate 3-2.

2. Rekrutmen Pemain Tepat

Secara mengejutkan, managemen Juventus merekrut pemain yang dianggap sudah tua dari Manchester United Patrice Evra secara gratis. Namun, siapa disangka yang pada awal musim Evra memang mengalami cedera,namun saat ini ia berhasil menggantikan peran Kwado Assamoah yang masuk daftar rumah sakit cedera panjang. Dengan pengalamannya malang melintang di kejuaraan eropa, Evra berhasil meyakini para Juventini dengan mematikan pergerakan Gareth Bale yang sekaligus pemain termahal dunia dalam semifinal UCL yang lalu. Jangan lupakan juga rekrutmen dari Udinese, pemain asal Argentina Roberto Perreyra. Ia yang direkrut secara pinjaman dan penebusan diakhir musim berhasil menjadi super subdisaat trio MVP (Marchisio, Pirlo, Vidal) dan pogba cedera, ia berhasil menggantikan peran mereka dengan visi bermain dan kualitas dribbling yang sangat mumpuni. Selain itu, ada nama Alvaro Moratta yang merupakan pemain muda buangan dari Real Madrid karena kalah bersaing dengan trio BBC (Benzema, Bale, Cristiano Ronaldo) berhasil mencetak empat gol dari enam laga Liga Champions musim ini. Dengan berduet dengan striker berpengalaman asal Argentina Carlos Tevez, ia berhasil membuktikan bahwa klub sebelumya saat itu salah telah membuangnya ke Juventus! Prestasi ini, membuat seniornya di Tim Nasional Spanyol Fernado Llorente tersingkir ke bench pemain. Nama terakhir yang membuat Juventus bermain gemilang musim ini, tentu saja pemain muda asal Italia Steffano Sturraro yang dikenal sebagai new Gennaro Gattuso. Dengan stamina yang masih prima, ia berhasil menjadi titik buta Real Madrid karena berhasil membelokan sundulan James Rodriguez hingga gagal menjadi gol bagi Real Madrid dan berkongsi dengan Patrice Evra untuk mematikan pergerakan Gareth Bale pemain asal Wales yang dikenal sebagai pemain dengan kecepatandribbling yang luar biasa. Allegri sangat menyukai permainan Sturarro karena flexible sebagai gelandang tengah. Walaupun naluri alami sebagai gelandang pemutus serangan lawan, namun ia sudah malang melintang sebagai gelandang serang dan gelandang box to box. Dengan rekrutmen pemain semacam ini, wajar sekali jika Juventus bermain cemerlang dalam setiap pertandingannya.

3. Kekompakan Tim

Pemain yang dilatih Max Allegri saat ini adalah warisan pelatih terdahulunya Antonio Conte, yang menukangi Juventus sejak tahun 2011 hingga 2014 yang lalu. Juventus saat ini bukanlah tim instan. Semenjak kembali dari Serie B tahun 2007 karna kasus calciopoli, Juventus terseok-seok dipapan tengah serie A. Perlahan tapi pasti mereka kembali menemukan bentuk permainan terbaiknya kembali. Pemain-pemain senior Juventus seperti Buffon, Chiellini, Bonucci, Marchisio dan Barzagli sudah bahu membahu sejak tahun 2010 lalu. Lalu masih ada Andrea Pirlo yang andalan pemain tim nasional Italia, Stephan Lichsteiner dan gelandang bertenaga kuda asal Chile Arturo Vidal. Juventus adalah perpaduan para pemain asli Italia dan ditopang para pemain asing. Maka tidaklah heran bahwa tim nasional Italia secara mengejutkan tampil di final Piala Eropa 2012 lalu, yang sayang dikalahkan Spanyol 4-0 sehingga harus puas menjadi runner up. Real Madrid boleh saja dijuluki los galacticos yang merupakan kumpulan para pemain terbaik dunia, namun ternyata Juventus yang dengan kompaknya mampu mengalahkan raksasa Spanyol yang sekaligus juara bertahan dengan skor 3-2 dibabak semifinal. Para pemain Juventus sudah saling bekerja sama sejak lama, maka tidaklah heran saat ini mereka membuat sepak bola dunia terpana akan sepak terjang mereka musim ini.

4. Juventus Stadium

Semenjak tim asal Turin, Italia ini pindah dari stadion dari Delle Alpi ke Juventus stadium, tim ini seperti menemukan jati dirinya. Pembangunan yang berlangsung tahun 2009 ini, merupakan langkah revolusioner sepak bola Italia yang sekaligus menjadikan Juventus menjadi tim pertama Italia yang memiliki stadion sendiri, dimana kub-klub Italia saat ini masih bermain di stadion milik pemerintah. Dengan adanya stadion ini, pemasukan Juventus dibidang ticketing meningkat dari tahun ke tahun. Pada setiap laga Juve bermain, stadion berkapasitas 41 ribu kursi ini selalu penuh sesak akan penonton dan dukungan moril kepada para punggawa Juventus. Dengan stadion milik sendiri ini, menjadikan kuburan bagi tim manapun yang akan bermain tandang. Terbukti, hanya Bayern Munich, Inter dan Fiorentina lah yang mampu membuat Juventus takluk dikandang sendiri. Dalam sepak bola belahan bumi manapun, dukungan fans di stadion lah yang menjadi pemacu adrenalin para pemain untuk berjuang meraih kemenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline