Lihat ke Halaman Asli

Kebiasaan yang Membentuk Karakter

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141969101814512828

Pelajaran Dari Musafir

Dulu bagiku saat masih sekolah kegitan pendakian adalah hal yang aneh, menantang maut dan penampilan para pendaki rata-rata kumel, dekil atau bisa dibilang cuek terhadap diri sendiri. Untuk diri sendiri saja cuek, apa lagi memberi perhatian sama orang lain. Seiring berjalannya waktu, terutama pada pertengahan kuliah ku memutuskan ikut ajakan temanku untuk mendaki salah satu gunung diwilayah jawa barat. Dengan bermodal rasa nekat dan penasaran ditambah lagi darah muda dimana ingin mencoba hobi yang baru membuat diriku untuk ambil keputusan untuk mengikuti kegiatan pendakian. TERNYATA... AMAZING...!!!!
Layaknya narkotika ku merasa kecanduan akan hobi yang boleh dikatakan LAKI banged ini...!!!
Ada 5 hal yang ku dapat dari hobi baruku ini,...

1. PENUH PERHITUNGAN

Weisss jangan dikatakan penuh perhitungan itu sama dengan PELIT yah! Kegiatan pendakian adalah hobi yang berbeda dengan kegiatan lain seperti main sepak bola, basket, dll... kegiatan ini sama saja memacu adrenalin... layaknya kita bermain jetcoster ataupun halilintar disuatu daerah utara jakarta pasti jika kita sudah menikmati permainan itu menjadi ketagihan, walaupun pada awalnya deg-degan! hehehhe....

Yahh minimal 2-3 bulan sebelum pendakian diriku dan teman2 lain memutuskan untuk melakukan aktifitas fisik seperti, joging kecil selama minimal 60 menit setiap 3x seminggu, angkat barbel dll... selain aktifitas fisik kami juga memperhitungkan logistik yang kami bawa seperti kompor, nesting, tenda dll... juga makanan yang bergizi seperti susu, cokelat, buah dll minimal 2 hari sebelum pendakian dimulai... mulai dari banyaknya logistik yang kami bawa sudah kami perhitungkan sebaik mungkin agar tidak terlalu berat beban yang kami pikul saat kami bawa. Pokoknya PAS dihari H pendakian lah! Begitu juga kami mempersiapkan aktifitas psikis seperti lebih mndekatkan diri kpd sang Khalik walaupun sebenanrnya kami juga harus lebih dekat dengan sang Khalik walau tdk melakukan pendakian sama sekali! hehehee... :P

Makanan yang kami santap minimal 1 minggu sebelum hari H pun juga kami perhitungkan, dimana kami lebih sering makan makanan yang bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna. Pakaian yang kami bawa nantipun juga bukan pakaian sembarangan namun pakaian yang dapat menahan dinginnya hawa dingin hutan rimba yang kadang dapat menembus tulang2 kami.

2. SABAR

Sabar adalah kata yang mudah diucapkan namun, sulit dilakukan. Yaaa... itulah yang kami alami para pendaki. Menunggu memang adalah hal yang membosankan. Berjalan ratusan bahkan ribuan mil sambil memikul beratnyankeril yang kami pikul kadang membuat kami ingin segera menyelesaikan sebuah perjalanan ini. Belum lagi tantangan panasnya terik matahari yang kadang membuat kulit kami hitam terbakar, lancipnya duri-duri tanaman hutan tropis yang membuat kulit kami kasar tersayat-sayat, cuaca dingin hutan tropis yang bisa mencapai 5 derajat celsius, jalan terjal dengan jurang2 yang curam dan belum lagi intaian hewan buas yang kapanpun dapat memangsa kami. Namun hal ini secara tidak langsung mendidik kami para pendaki untuk bersabar agar berjalan setahap demi setahap, menikmati setiap perjalanan yang kami lalui sambil diiringi keindahan alam dan menyadari ke-AGUNGAN CIPTAAN TUHAN SANG PENCIPTA. Bagiku, Tuhan sedang mendidik ku agar ku dapat menikmati setiap proses kehidupan yang harus ku lalui tahun demi tahun. Layaknya sebuah kayu jati ditangan seorang pengrajin, yang dibentuk menjadi kerajinan tangan yang indah, dimana kayui jati itu harus dipotong sedemikian rupa dan diamplas agar permukaannya halus dan lembut. Bila kayu jati itu bisa berkata pasti jawabnnya: SAKIT, GA KUAT! Namun hasilnya nilai kayu jati tersebut jauuuh lebih mahal dari pada bahan mentahnya saja. Untuk mencapai puncak gunung memang butuh perjuangan dan pengorbanan.

3. TENANG

Terkadang kita semua ingin mencapai suatu tujuan dengan cepat dan instan dengan menghalalkan segala cara. Menghalalkan segala cara entah dengan mengorbankan teman sendiri, keluarga, prinsip bahkan harga diri! Layaknya sebuah mahasiswi yang ingin mendapat nilai kuliah A namun dengan mengorbankan keperawanan mereka untuk laki-laki yang tidak takut dosa! Miris memang melihat kedaan seperti ini. Tentu bukanlah jiwa kami para pendaki untuk mengorbankan keselamatan orang lain untuk mencapai puncak gunung, malah kami terbentuk untuk saling support untuk mencapai puncak bersama-sama. Berbagi makanan seperti cokelat, permen, madu dan makanan manis lain untuk meningkatkan energi kami yang letih berjalan ribuan mil adalah hal yang lumrah bagi kami para pendaki. Saling mengulurkan tangan dan menyemangati untuk menggapai puncak bersama-sama. Belum lagi saat kami tersesat kehilangan jejak, sikap yang kami ambil adalah tenang ketika dihadapkan situasi ini dan berdoa agar Tuhan menunjukan jalan-Nya. Dibalik tersasarnya kami, diluasnya hutan rimba membuat kami sadar, bahwa kami adalah mahluk yang kecil dimata-Nya. Dibalik sikap tenang itulah terkadang muncul "kode" dari Tuhan agar meloloskan kami dari situasi yang tak ada harapan tersebut. Terkadang muncul serangga-serangga kecil terbang menuntun kami keluar mencari jalan yang sebenanrnya.

Penasaran dengan pont ke- empat dan ke lima...???
Silakan kunjungi:         writing4hobby.blogspot.com
hehehe... :D :P




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline