Lihat ke Halaman Asli

Alasan Bahwa Anak di Bawah Usia 25 Tahun Suka Naik Gunung

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Usia 25 tahun ke bawah adalah masa-masa emas seseorang. Biasanya seseorang yang diusia emas ini mempunyai tenaga yang lebih bila tidak disalurkan ke hal yang positif maka bisa terjerumus ke hal yang negatif.

Tidak bisa dibantah bahwa orang yang berusia dibawah 25 tahun adalah usia emas seseorang. Rata-rata usia mereka biasanya berstatus pelajar ataupun mahasiswa. Justru diusia inilah mereka mempunyai kekuatan yang masih mengebu-gebu, jika tidak diarahkan ke hal yang positif, maka bisa dipastikan mereka bisa terjerumus dalam pergaulan yang salah!

Berikut alasan bahwa dibawah usia 25 tahun merupakan waktu yang pas untuk naik gunung:

1. Saat mereka jenuh dengan rutinitas study mereka biasanya naik gunung solusinya

Yaa.. ini alasan bagi mereka bagi para pelajar maupun mahasiswa ditengah jenuhnya study mereka, hasil ujian yang tidak memuaskan, kondisi hubungan dengan teman-teman, orangtua, kondisilalu lintas ibu kota yang super duper macet, tempat liburan dengan keluarga yang pergi ketempat itu-itu saja maupun kondisi-kondisi lain yang banyak faktornya. Biasanya mereka setelah ujian selesai mengadakan rapat kecil-kecilan untuk melakukan pendakian gunung dengan teman-teman karib mereka, meskipun ini adalah hal yang baru, namun satu yang pasti tujuan utama mereka adalah MELEPAS KEJENUHAN

2. Biasanya diusia seperti ini, banyak merasa penasaran apa sih asiknya kegiatan pendakian gunung…?

Mereka biasanya terbiasa dengan bahasa baru anak zaman sekarang yaitu kepo! Dari istilah kepo inilah anak-anak ini mulai melaksanakan rapat-rapat kecil dengan kawan karibnya. Selain itu faktor ikutan-ikutan dengan kakak kandung, teman lain yang sudah naik gunung, artikel keindahan gunung yang mereka baca bahkan film-film pendakian yang akhir-akhir ini booming! Walaupun mereka ibaratnya masih hijau dengan kegiatan yang membutuhkan stamina yang prima ini, namun hal ini tidak mempengaruhi rasa penasaran mereka akan kegiatan pendakian. Beda halnya dengan orang berusia 25 tahun etas, mereka sedikit sekali tertarik untuk melakukan hal ini, bisa karena waktu libur yang kurang ataupun lebih baik uang yang dikeluarkan disimpan untuk investasi kecil-kecilan.

3. Karena rata-rata anak umur segini belum mempunyai “tanggungan” dalam hidup, maka mereka beralasan ingin mencari pengalaman baru.

Mereka biasanya anak yang masih sekolah maupun kuliah. Masih tinggal bareng keluarga besar, tak perlu risau akan biaya listrik, air, telpon dan lain-lain membuat mereka biasanya memutuskan puasa jajan, nonton dengan teman-teman dan kesenangan lainnya demi mencari pengalaman yang baru dalam hidup mereka yaitu mendaki gunung! Hal ini tentu saja berbeda dengan orang berusia 25 tahun keatas, mereka sudah punya “tanggungan” anak, cicilan kendaraan, cicilan rumah dan lain-lain. Bagi mereka sulit sekali meyisihkan uang untuk melakukan aktifitas ini, belum lagi ketidaksetujuan dengan orang sekitar mereka yang mengatakan: “usia 27 tahun seperti kamu lebih baik mikirin investasii kecil-kecilan seperti rumah, emas dan lain-lain, daripada naik gunung resiko nyawa taruhannya!”.Dapat ijin setahun sekali dari keluarga sekitar bagi mereka yang sudah punya keluarga pun, layaknya seperti menemukan mata air di padang gurun, senangnya bukaaan main, jingkrak salto-salto kalo perlu. Hehehheee…..

4. Lingkungan pergaulan yang terbatas yang hanya dilingkungan sekolah ataupun kampus, membuat mereka ingin mencari kenalan baru.

Kalo zaman dahulu mengatakan:”banyak anak banyak rejeki”, namun jika mereka jeli melihat peluang ini, maka mereka melihat bahwa selain sarana rekreasi alam yang mempesona, ajang pendakian ini merupakan sarana untuk menambah kenalan baru mereka. Mereka mempunyai pepatah lain: “banyak teman banyak rejeki”. Mereka menyadari bahwa teman sekolah maupun kampus mereka tidak selamanya selalu ada bagi diri mereka sendiri. Justru mereka menilai bahwa kenalan baru tersebut dapat memudahkan mereka dalam segala hal, misalnya ngelamar kerja bahkan pacar idaman buat mereka yang jomblo! Hheheheee….. Entah kenapa walaupun sudah kenal maupun belum, gunung mempunyai kekuatan magis bagi mereka untuk saling membantu sama lain dan menimbulkan keakraban bagi mereka. Hal ini mungkin tidak dipikirkan yang berusia 25 tahun keatas, teman baru mereka bisa saja rekan kerja dan rekan bisnis. Mungkin mereka ingin sekali punya kenalan baru saat pendakian, namun waktulah tantangan mereka saat ini.

5. Kenalan baru biasanya diikuti dengan ilmu baru

Yaa… otomatis hal ini pasti terjadi bila anak-anak diusia emas ini konsisten dalam membina hubungan baik mereka dengan kenalan baru mereka. Sebelum mendapatkan ilmu yang baru, mereka terlebih dahulu harus mampu berdaptasi dengan berbagai macam karakter, disinilah kesabaran mereka teruji, apakah mereka mampu dalam beradaptasi dengan berbagai macam kaakter tersebut? Jikalau mereka lolos, biasanya mereka akan akrab dengan kawan baru mereka, sering nongkrong bareng adalah salah satu variable bahwa ia sudah mampu beradaptasi. Contohnya adalah Bambang ia berkenalan dengan seorang wanita yang bernama Bunga. Pada awal perkenalan Bambang berteman dengan Bunga karena ad maksud “tertentu”! hehehee….. Bunga yang memiliki hobi mendengarkan lagu korea otomatis membuat Bambang mencari-cari info tentang lagu korea yang booming pada saat itu. Hal ini bertujuan agar bisa ada bahan omongan kepada Bunga. Disaat inilah wawasan Bambang tentang lagu-lagu korea bertambah karena bergauldekat dengan Bunga. Hehehee….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline