Eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 2014 kembali mencuat pada Februari 2022, dan menjadi fenomena global yang masih mengkhawatirkan hingga saat ini. Baik Rusia dan Ukraina, merupakan aktor sentral dalam perdagangan sumber daya energi dan pangan. Kedua negara ini memainkan peran yang sangat vital dalam pasar global, terutama bagi negara-negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Konflik antara kedua negara tersebut telah menjadi ancaman yang mempengaruhi perekonomian sebagian negara, termasuk negara-negara kawasan ASEAN. Lantas, bagaimana konflik Rusia-Ukraina berdampak pada perekonomian negara-negara di ASEAN?
Gangguan Pasokan dan Kenaikan Harga Energi
Rusia dan Ukraina memiliki peranan yang cukup besar sebagai mitra perdagangan bagi negara-negara ASEAN. Sebagai salah satu produsen utama energy dunia, Rusia menjadi penyuplai minyak, gas alam, dan batu bara bagi negara-negara ASEAN yang bergantung pada impor energi tersebut. Di sisi lain, Ukraina dengan sektor pertaniannya yang kuat juga menjadi salah satu negara yang dapat memenuhi kebutuhan pangan di ASEAN. Konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina telah menghambat distribusi energi dan pangan ke seluruh dunia, khususnya negara-negara di Asia Tenggara. Melonjaknya harga komoditas energi dan pangan akibat perang antara kedua negara tersebut telah mempengaruhi stabilitas ekonomi juga memicu kenaikan inflasi di beberapa negara di Asia Tenggara.
Konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan lonjakan harga energi sebesar 50% dan pangan global naik sebesar 20% (World Bank, 2022). Asia Tenggara sendiri tercatat mengimpor minyak dan gas bumi dari Rusia sebesar 37% pada tahun 2022. Dampak dari konflik ini juga terasa di Asia Tenggara, di mana harga energi dan pangan yang meningkat mendorong laju inflasi dari angka 3,1% pada tahun 2021 menjadi 4,7% pada tahun 2022.
Dari data tersebut, Indonesia tergolong sebagai negara yang cukup mampu untuk mengendalikan tingkat inflasinya pada tahun 2022, dibandingkan dengan Laos dan Kamboja yang memiliki tingkat inflasi sebesar 30,1% dan 17,78%. Hal ini dikarenakan hubungan perekonomian dan militer yang dimiliki oleh Rusia dengan Indonesia masih terbilang cukup erat. Walaupun ASEAN mempertahankan sikap netral dalam konflik Rusia-Ukraina, tetapi dampak konflik tersebut masih menganggu stabilitas ekonomi dan memicu peningkatan inflasi di beberapa negara ASEAN.
Konflik antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan gelombang ketidakpastian global yang berdampak ke berbagai negara termasuk di kawasan ASEAN. Konflik tersebut telah menjadi hambatan dalam perekonomian ASEAN, mulai dari kenaikan harga energi dan pangan hingga peningkatan inflasi. Untuk mencegah dan meminimalisir dampak negatif dalam bidang ekonomi akibat konflik kedua negara tersebut, diperlukan upaya-upaya yang tepat di negara berkembang seperti Asia Tenggara. Dengan demikian akan tercipta integrasi regional dan stabilitas ekonomi yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan tersebut.
Sumber:
Inflasi Indonesia Tergolong Rendah di ASEAN per Agustus 2022 | Databoks. (n.d.). Databoks.katadata.co.id. Retrieved March 20, 2024, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/14/inflasi-indonesia-tergolong-rendah-di-asean-per-agustus-2022
Yudianto, Y., Supriyadi, D., Kosasih, Kunci, K., Global, E., & Komoditas, P. (n.d.). Dampak Perselisihan Ukraina-Rusia 2022 Terhadap Perekonomian, Inflasi, Perdagangan Internasional di Asia Tenggara. 14(2), 2023--2293. Retrieved March 20, 2024, from https://journal.ikopin.ac.id/index.php/coopetition/article/download/3347/2771