Lihat ke Halaman Asli

Tanggapan untuk "Pesta Cerai Semakin Populer di Iran"

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, Rabu, 21 Mei 2014, saya baca berita dari Kompas.com tentang Pesta Cerai semakin populer di Iran, beritanya sendiri diambil dari BBC News (Iran: Divorce Parties take off in major cities) disana disebutkan referensinya dari Koran Harian Konservatif Iran, Jomhoriye Islami. Saya penasaran, karena terus terang baru mendengar ada pesta perceraian, kemudian saya mulai dengan menghunting berita di koran berbahasa Farsi, Jomhoriye Islami, yang menjadi referensi utama berita Kompas.com tersebut. Dan sesuai dengan berita koran Farsi tersebut, memang betul ada penjualan kartu undangan untuk pesta perceraian, sifatnya masih tertutup, dan di koran itu disebutkan, si pemesan kartu perceraian itu berasal dari Kamraniyah, sebuah kota di Tehran yang kebanyakan dihuni oleh orang orang 'jetset' Iran, rumahnya yang 'wow', gaya hidup mereka yang 'modern dan kebarat baratan' terkenal sekali di daerah ini, di samping memang mereka selalu pulang pergi ke luar negeri. Dan ini baru terjadi di Ibukota, yaitu Tehran, itu pun hanya bagian utaranya saja. Ketika saya tanyakan ke orang orang Iran sendiri, mereka malah kaget dan tidak tahu sama sekali dengan berita Pesta Cerai ini, dan ini menandakan pesta cerai belum populer apalagi semakin populer di Iran.

Koran Jomhoriye Islam itu sendiri melakukan investigasi tertutup dengan mendatangi tukang kartu yang biasa dipesan untuk pernikahan, tunangan, atau undangan untuk selamatan Haji yang banyak tersebar di daerah Jomhori, Tehran, (dekat dengan kampus saya, Tehran University), dan dari penuturan tukang kartu sendiri si wartawan koran Jomhoriye Islami mendapatkan informasi, ditambah ketika sedang melakukan investigasi, ada seorang perempuan yang menanyakan pesanan kartu undangan pesta cerainya, dan tukang kartu pun menjawab bahwa kartu cerainya bisa diambil dua hari lagi.  (http://www.jomhourieslami.com/1393/13930229/13930229_06_jomhori_islami_goonagoon_0017.html).

Kartu undangan pesta cerai itu sendiri tidak diiklankan sebagaimana undangan kebahagiaan yang lain, tetapi dipesan secara tertutup.

Dari situ, saya mulai lagi mencari berita di beberapa media online yang lain, www.parsmonji.com. menjelaskan tentang pengalaman seseorang (Orang Iran, tentunya) mendatangi undangan pesta cerai di Tehran, karena keanehannya dia pun menghampiri ayah dari yang punya acara. dan terjadilah dialog sebagai berikut, saya paparkan inti dari dialognya saja: Kenapa acara pesta cerai ini diselenggarakan, bukankah ini bukan kebudayaan kita (Iran, red), dan cerai itu sendiri adalah suatu perbuatan halal, yang dibenci oleh Allah Swt. lalu sang ayah itu pun menjawab: Saya mengadakan pesta ini, sebagai hari kebebasan puteri saya, saya berharap kepercayaan dirinya meningkat, karena kejadian ini pada siapapun bisa terjadi. dan untuk memulai hari barunya, setelah acara pesta ini, dia akan jalan jalan ke luar negeri. Dan saya pun terinspirasi mengadakan pesta cerai ini dari teman saya yang berada di luar negeri, dimana disana sudah biasa merayakan pesta cerai seperti ini.

Berbeda dengan berita yang ada di http://ehavadar.ir/ Disana dijelaskan tentang pesta cerai yang diselenggarakan oleh kedua mempelai, dimana mantan suaminya memberikan mahar atau mas kawin sebesar 1000 Sekeh (emas dalam bentuk koin, satu Sekeh biasanya sekitar 5 juta riyal Iran) kepada mantan isterinya. Sudah menjadi tradisi di Iran, bahwa mahar untuk sang isteri sangat mahal sekali, berupa ratusan bahkan ribuan Sekeh, tetapi tidak dibayar kontan, melainkan dihutang, dan akan dibayarkan ketika perceraian terjadi. Di Iran terkenal dengan tingginya mahar yang diinginkan sang mempelai perempuan, ini juga yang sedang disosialisasikan oleh para ulama Iran sampai sekarang, agar sang perempuan tidak mematok tinggi mahar dan kembali ke ajaran Alquran "Dan berikanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan" (Quran, Surat an Nisa ayat 4).

Mungkin oleh sebab inilah, banyak para lelaki Iran yang lebih memilih membujang, atau lebih memilih perempuan Luar Iran untuk dijadikan isteri, karena maharnya lebih murah, termasuk mungkin perempuan Indonesia bisa menjadi pilihan. Dan Begitu pula banyak lelaki di penjara, karena tidak bisa membayar mahar ketika perceraian terjadi.

Pesta Cerai di Dunia

Saya tak menemukan kapan mulainya pesta cerai di dunia dimulai, saya jelajahi Mr. Google dan Mr. Wikipedia, dan hanya menemukan di Wikipedia, Laura Dave seorang yang menulis novel pada tahun 2008 tentang Pesta Cerai atau Divorce Parties. dengan judul novelnya: The Divorce Party. disusul oleh Christine Gallagher dengan judul bukunya: How to throw a Divorce Party.

Divorce party atau Divorce Ceremony sudah biasa dilakukan oleh sebagian komunitas di Barat, Inggris, Australia juga China dan Jepang. Di China pesta cerai itu sendiri dinamakan Lihun Yishi dan di Jepang bernama Rikon Shiki. Saya belum mendengar di Indonesia, apakah para selebritis atau jutawan dan miliyuner kita juga melakukan pesta cerai?

Berikut tanggapan dari orang orang 'sana' kenapa mereka melakukann pesta cerai:

1. ''When you marry, you marry a whole community and a family, and it's the same when you divorce,''

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline