Lihat ke Halaman Asli

Mereka Berbeda

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak kecil Hafidz sudah menunjukkan kalau dia anak yang sangat aktif. Hafidz bisa memanjat pohon, naik skuter dan mengendarai sepeda beroda empat sebelum usia 2 tahun.

Hafidz juga anak yang cerdas. Belum genap 2 tahun, dia bisa menyusun puzzle, awalnya 16 bagian bergambar burung, transformer, bernard bear dan lain-lain. Ketika dia melihat puzzle dinosaurus 36 bagian yang kusimpan, dia ngotot mencobanya dan berhasil menyusunnya dalam waktu tidak kurang dari 15 menit. Mantep!

Hafidz kecil juga pandai menyanyi. Meski belum jelas pelafalannya, dia hafal beberapa lagu anak-anak. Hafalan surat-surat pendeknya juga mumpuni. Hafidz juga gemar ngotak-atik games di laptop dan mencoba memainkannya. Dan dia bisa!

Bila kuamati, bakat Hafidz adalah pada bidang linguistik. Dia bisa mengarang cerita, kemudian menceritakannya dengan apik kepada kami. Karenanya, dia kudorong untuk membuat catatan atau menuliskan ide cerita yang dia miliki ke dalam sebuah buku.

Hafidz juga memiliki daya hafal yang kuat. Ketika melihat sebuah film, dia menontonnya dengan seksama dan saat dia melihat untuk kedua kalinya, dia hafal plot-plot dan adegan-adegan di dalamnya. Kesukaannya pada film, membuatku harus mengeremnya kuat-kuat ketika dia merajuk untuk melihat film-film action setelah belajar. Aku hanya mengizinkannya melihat TV saat pagi dan sore. Di luar jam itu TV off.

Adik Hafidz, Hanif, perkembangan motorik kasarnya agak lambat. Hingga usia 3 tahun, dia belum bisa naik sepeda roda empat dengan memutar pedal. Hanif juga agak takut naik skuter dan ngeri dengan ketinggian.

Untuk urusan menyanyi, Hanif lebih suka mendengarkan daripada meniru. Kalau disuruh menyanyi sendiri, dia tidak mau, harus dituntun.

Hanif kecil juga agak susah berkonsentrasi. Meski aku sudah mengajarinya mengeja huruf hijaiyah a, ba, ta berkali-kali, sampai saat ini dia tidak bisa membacanya dengan benar. Namun yang agak melegakan, dia bisa cepat menangkap ketika diajak membaca kata-kata sederhana dari modul bimba aiueo bergambar milik kakaknya seperti: buku, sapu, dan dasi.

Motorik halus Hanif juga sedikit lambat. Hanif bukan anak yang cepat belajar dalam bermain games di laptop. Dia hanya bisa menekan tombol enter ketika bermain games sederhana. Akibatnya, dia memaksa kami untuk membantunya menggerakkan kursor ke atas, ke bawah, kanan dan kiri. Dan yang agak menjengkelkan, dia suka berlama-lama main games dengan bantuan kami tanpa mau mencobanya sendiri.

Meski Hanif anaknya sensitif, dia lebih bisa mengontrol emosi daripada Hafidz yang emosinya cenderung labil. Hafidz cepat marah dan lama redanya. Hafidz bisa lebih satu jam jika marah. Sebaliknya, Hanif tidak mudah terpancing emosinya dan jika nangis, cepat berhenti dengan sendirinya setelah menumpahkan perasaannya di balik bantal kesayangannya.

Meski perkembangan Hanif lebih lambat dibanding kakaknya, dia mampu mencuri hati kami. Dia anak penurut, sabar dan lebih menyenangkan daripada Hafidz. Kami menjulukinya ‘smiling kid’ saking sumehnya dia dengan orang lain. Apalagi dengan gayanya yang manja, membuat kami tidak bisa jauh darinya untuk waktu yang lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline