Buat para pembenci Jokowi yang belum bisa move ondari pemilihan presiden 2014 lalu, kegiatan yang paling sering mereka lakukan adalah sebisa mungkin mencari kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh Jokowi.
Pada acara Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba yang diadakan di Pulau Samosir dan sekitarnya, tampak Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi hadir dalam acara tersebut. Jokowi yang tampil melebur sebagai warga batak dengan mengenakan Ulos Ragidup dan Sortali begitu juga dengan Iriana dan rombongan lainnya kompak mengenakan kain kebanggaan masyarakat batak tersebut.
Saat acara benar saja, Masyarakat yang hadir mulai dari anak-anak sampai yang sudah tua dengan suka cita menyambut menggunakan ulos dan sortali, warga pun sampai mengular sepanjang 3.6 KM dari Soposurung sampai simpang Sibulele.
"Saya senang sekali sore ini semua masyarakat memakai ulos, sortali, tum-tuman. Kalau ini terus kita pelihara akan terus kelihatan identitas, karakter bangsa, identitas suku, jati diri setiap daerah yang ada dan itu yang akan mempersatukan bangsa kita," kata Jokowi dalam sambutannya.
Namun, dibalik kemeriahan acara tersebut. Banyak orang-orang yang malah memperdebatkan apa yang dipakai oleh Jokowi. Seperti akun facebook yang bernama Nunik Wulandari II (sekarang akunnya sudah tidak bisa dilihat) mengatakan:
“orang TO**L dipulau samosir jadi badut malah bangga….. it’s real…. Tanpa edit”
Setelah dilihat pada akun tersebut memang merupakan pendukung Prabowo yang menjadi “pesaing” Jokowi pada Pilpres 2 tahun lalu.
Capture dari postingan tersebut sudah banyak beredar digrup-grup facebook, khususnya di grup facebook batak. Bahkan di akun-akun instagaram pun sudah beredar Seperti harian_meme dan batakpedia.
Kemudian berkembang mengatakan seperti Aming dan LGBT karena adanya penutup kepala yang mirip seperti wig.
Perlu diluruskan apa yang dikenakan oleh Jokowi ini sebenarnya hal yang biasa. Karena selain Jokowi, Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi juga mengenakan hal yang sama. Bahkan ada juga warga yang mengenakan hal yang sama.
Jadi tidaklah etis kita mengatakan seseorang menjadi badut ketika kita melihat dia memakai pakaian adat yang dia gunakan.
“MARILAH SALING MENGHARGAI, KALAU TIDAK MENGHARGAI PRESIDEN HARGAI PAKAIAN ADAT YANG DIKENAKAN”. SH