Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 berdampak sangat besar bagi sektor perekonomiam. Di tengah ketidakpastian dan kekacauan ekonomi saat itu, banyak sekali perusahaan yang terpuruk, namun Chairul Tanjung justru mampu melihat peluang. Dengan keputusan berani untuk mengakuisisi Bank Mega, Chairul Tanjung tidak hanya berhasil menyelamatkan bank tersebut, tetapi juga membuka jalan bagi kesuksesan besar yang membawa dirinya membangun imperium bisnisnya. Dalam artikel ini, kita akan mengungkap bagaimana keteladanan dari perjalanan Chairul Tanjung dalam membangun kerajaan bisnisnya dari nol hingga menjadi salah satu pengusaha yang paling berpengaruh di Indonesia.
Siapa sih Chairul Tanjung?
Chairul Tanjung adalah salah satu pengusaha terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, yang sering disebut sebagai "Si Anak Singkong" karena kisahnya yang inspiratif. Lahir pada 16 Juni 1962, di Jakarta, ia tumbuh dalam keluarga sederhana. Perjalanan Chairul Tanjung tidaklah mudah. Ia memulai usahanya dengan berjualan alat-alat kesehatan, lalu melanjutkan dengan berbagai usaha lainnya. Hingga di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia, titik balik besar dalam hidupnya pun terjadi, yakni saat ia mengakuisisi Bank Mega pada tahun 2000. Keputusan berani ini membawanya pada kesuksesan yang luar biasa. Dari sana, ia terus mengembangkan bisnis di berbagai sektor, termasuk media, ritel, hingga properti.
Yang membuat perjalanan Chairul Tanjung semakin menarik adalah prinsip dan etika bisnis yang ia pegang teguh. Di balik kesuksesannya yang besar, ia tetap memprioritaskan integritas, tanggung jawab sosial, dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Kini, selain dikenal sebagai pengusaha sukses, Chairul Tanjung juga menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin mengejar impian dan sukses dengan cara yang jujur dan penuh dedikasi.
Emang Dia Bisnis Apa Sih?
Jiwa bisnis Chairul Tanjung ini mulai terbentuk sejak ia masih di bangku perkuliahan. Saat itu, ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia dan menghadapi masalah biaya untuk praktik yang terbilang cukup besar. Bahkan untuk melunasi biaya tersebut, ibu Chairul Tanjung harus menjual kain halusnya. Pengalaman itu membuat Chairul Tanjung sadar bahwa ia tidak bisa selamanya bergantung pada orangtuanya. Dari situ, muncul ide untuk membuka usaha fotokopian di kampus dengan harga yang lebih murah dibandingkan tempat fotokopi lainnya di sekitar kampus. Berbekal koneksi dari teman semasa SMP, ia memulai usaha fotokopi di bawah tangga kampus. Selain usaha fotokopi, ia juga mulai menjual alat-alat kedokteran untuk mahasiswa kedokteran di kampus.
Usai tamat dari pendidikannya, Chairul Tanjung memfokuskan diri dalam dunia bisnis. Pada 1987, ia bersama tiga temannya mendirikan usaha ekspor sepatu anak, PT Pariarti Shindutama, dengan modal Rp 150 juta yang dipinjam dari Bank Exim. Mereka mendapatkan pesanan sepatu sebanyak 160 ribu pasang dari Italia. Namun, karena perbedaan visi, Chairul memutuskan untuk keluar dan mendirikan perusahaan sendiri, Para Group, yang kemudian menjadi cikal bakal CT Corp.
Di bawah kepemimpinan Chairul Tanjung, Para Group berkembang pesat, dengan memiliki berbagai perusahaan di sektor finansial, seperti Asuransi Mega, Bank Mega, dan Mega Finance, serta sektor properti dan investasi, seperti Para Bandung Propertindo dan Bandung Supermall. Di bidang media, Para Group juga memiliki Trans TV dan Trans7. Pada 2010, Para Group membeli 40% saham Carrefour Indonesia, memperluas jangkauan bisnisnya.
Pada 2011, Para Group resmi berubah nama menjadi CT Corp, yang terdiri dari Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. Chairul Tanjung juga dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia, dengan kekayaan mencapai USD 4 miliar pada 2014. Selain sukses di dunia bisnis, ia juga terjun ke dunia politik sebagai Menko Perekonomian dan aktif dalam olahraga serta kegiatan sosial.
Apa Saja Keteladanan Chairul Tanjung Dalam Bisnisnya?