Lihat ke Halaman Asli

sidney natasha

Always spread positivity!

Diet Ketat ala Tya Ariestya Picu Kekurangan Gizi dan Dampak Negatif Jangka Panjang? Cek Faktanya!

Diperbarui: 10 Maret 2021   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jagat media sosial sedang diguncang dengan topik diet ala Tya Ariestya. Diketahui Tya Ariestya meluncurkan buku The Journey of Fit Tya Ariestya pada awal tahun 2021. Di tengah suka cita akan perilisan bukunya yang menceritakan bagaimana berat badan penulis turun sampai 20 kg dalam waktu empat bulan, dengan cepat buku ini memunculkan tanda tanya besar di benak masyarakat khususnya pegiat diet dan ahli gizi tanah air.

Beberapa point yang di highlight dari buku ini oleh para ahli dan pegiat diet tersebut adalah pernyataan penulis mengenai sayuran yang dapat menghambat penurunan berat badan. Selain itu, estimasi kalori yang di lampirkan pada chapter 2 di bagian meal plan penulis berkisar di angka 200-500 kalori per hari. Dimana dengan angka dan kisaran kalori seperti yang dicantumkan penulis, menu ini sudah termasuk Very Low Calory Diet (VLCD) atau kurang dari 800 kalori dan jauh dari angka kebutuhan Basal Metabolic Rate (BMR). BMR sendiri adalah jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.

Banyak dampak buruk dari penerapan VLCD tanpa pengawasan dari dokter atau ahlinya. Para ahli gizi seperti Rizal (instagram @rizalnutritionist), dr. Dion Haryadi (instagram @dionharyadi) berlomba angkat bicara mengenai kerancuan dalam buku ini, bahkan pegiat diet sehat seperti Yulia Baltschun (instagram @yuliabaltschun) membuat video tersendiri mengenai kontroversi yang ada di buku karya Tya Ariestya ini. Akhirnya pada 10 Maret 2021, PERGIZI Pangan berkesempatan mengadakan bedah buku The Journey of Fit Tya Ariestya dengan narasumbernya adalah Bapak Tony Arjuna, M.Nut.Diet, AN., APD., Ph.D yang merupakan Ketua Program Studi Dietisien, Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM dan PERGIZI PANGAN Indonesia dan Prof. Dr. Hardiansyah. MS selaku Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia & President Federation of Asian Nutrition Societies.  

Bapak Tony  berpendapat bahwa penurunan berat badan yang drastis akan memberikan dampak negatif dalam jangka panjang. Apalagi di buku ini penulis menyatakan bahwa sayur dapat menghambat penurunan berat badan. Sementara itu, Prof. Dr. Hardiansyah. MS  menambahkan bahwa tidak ada penelitian yang membuktikan mengkonsumsi sayur sesuai dengan kadarnya dapat mengganggu penurunan berat badan, justru sebaliknya. Beliau juga menyatakan bahwa menu dari diet ala Tya Ariestya ini sangat rendah kalori dan sangat berisiko karena dibarengi dengan kegiatan fisik yang cukup berat, yaitu jalan selama 45 menit.

Kesalahan yang disadari oleh kedua ahli gizi yang sudah sangat kompeten di bidang gizi adalah bagaimana penulis menceritakan pengalamannya seakan-akan diet ini adalah diet yang paling baik. Prof. Hardiansyah menyatakan secara tegas bahwa tidak ada satu diet pun yang cocok untuk semua orang dalam artian kita tidak bisa memukul rata satu jenis diet untuk semua orang. Beliau menambahkan bahwa menerapkan VLCD dalam menu diet kita juga akan berpotensi menaikkan berat badan kembali secara drastis di masa depan. Lalu apakah VLCD yang merupakan diet Tya Ariestya ini salah?

Bapak Tony, dan beberapa ahli gizi lain sepakat bahwa VLCD dapat dilakukan apabila sesuai dengan kebutuhan dan anjuran dari dokter masing-masing. Ada beberapa kondisi yang menuntut seorang individu menjalani VLCD menurut Erik Noren., et al (2014) seperti obesitas yang memiliki komplikasi kesehatan sehingga dapat mengancam nyawa, dan VLCD yang dilakukan di bawah pengawasan ahli yang kompeten dan telah memiliki lisensi diet. Penerapan VLCD secara mandiri sangat tidak dianjurkan karena tubuh secara otomatis akan masuk dalam "mode hemat", dan kemudian menyiutkan organ-organ tubuh sehingga kondisi buruk ini akan terus berkembang menjadi kekurangan gizi. Jadi, bukan massa lemak yang menurun melainkan massa otot dan organ tubuh lainnya.

Maka dari itu, sebelum melakukan diet tertentu, kita sebagai masyarakat awam harus mengetahui dasar-dasar ilmu gizi dan risiko dari diet yang akan dipilih. Perlu ditanamkan dalam diri kita bahwa diet harus dipelajari dan tidak ada kata terlambat dalam belajar seperti kata dr. Dion Haryadi. Perlu juga kita pahami bersama bahwa jangan sampai diet kita membuat tubuh menjadi defisit gizi.

Semangat pejuang diet dan pola hidup sehat!           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline