Lihat ke Halaman Asli

Sidna Cool

Tidak ada

Begalan

Diperbarui: 12 September 2024   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada dasarnya kesenian begalan merupakan salah satu peninggalan budaya masyarakat Banyumas yang diwariskan hingga sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kesenian tradisional begalan, mendeskripsikan tentang eksistensi kesenian tradisional begalan dalam
perkawinan masyarakat Banyumas, dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesenian tradisional begalan tetap eksis.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sumber data utama yang terdiri dari seniman begalan, warga masyarakat dan
warga masyarakat yang menjadi penyelenggara begalan. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan Analisis Interaktif Model yang terdiri dari beberapa tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa begalan masih mampu bertahan dan masih dilaksanakan oleh masyarakat Banyumas. Begalan menjadi bagian yang terpenting dalam prosesi pernikahan masyarakat Banyumas. Pelaksanaan pementasan begalan masih dipentaskan di tempat pengantin wanita dan pengantin pria sebagai penyelenggaranya. Sedangkan, perlengkapan yang digunakan tetap menggunakan peralatan dapur sebagai simbol penyampaian nasehat. Namun dalam segi penyampaian ada sedikit modifikasi antara lain dalam hal bahasa dan media iringan gendhing. Eksistensi yang ditunjukan oleh kesenian begalan dapat dilihat dari masih dilaksanakannya kesenian begalan dalam upacara pernikahan masyarakat Banyumas yaitu pada pernikahan anak sulung dengan anak sulung, anak bungsu dengan anak bungsu, anak sulung dengan anak bungsu dan hajatan pernikahan pertama kali, adanya adaptasi dan modifikasi dari pertunjukan kesenian begalan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat, adanya integrasi dengan komponen yang ada dalam masyarakat (hubungan antara seniman dengan seniman, seniman dengan masyarakat, seniman dengan sesepuh dalam usaha melestarikan kesenian begalan), adanya pemeliharaan pola (seniman selalu memelihara kemurnian dan ciri khas dari begalan), respon dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian begalan masih tinggi. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kesenian begalan dapat bertahan sampai sekarang adalah: warisan leluhur, nilai-nilai atau moral yang terkandung dalam kesenian begalan dapat diterima oleh masyarakat sampai sekarang, kepercayaan masyarakat terhadap begalan masih terjaga, adanya inovasi dalam penyampaian pesan moral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline