Keripik merupakan camilan yang disukai banyak orang. Makanan ini dapat dibuat dari berbagai bahan, salah satunya belut. Sepintas dari bentuk tubuhnya memang cukup menggelikan, karena bentuknya yang hampir mirip dengan ular.
Belut biasanya hidup di sawah ternyata dapat diolah menjadi makanan yang enak dan bergizi. Seperti di daerah saya, Dukuh Sumberejo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, terdapat usaha keripik belut rumahan yang sangat legendaris. Namanya yaitu "Keripik Belut Bu Par".
Pemilik usaha ini adalah Ibu Suparmi atau akrab dipanggil Bu Par. Beliau adalah seorang ibu yang memiliki 4 orang anak. Anak-anak beliau sudah berkeluarga dan sudah terbilang sukses serta mapan. Walaupun begitu, ibu Par tetap konsisten dalam menekuni bisnis rumahannya.
Bisa disimpulkan bahwa kegigihan seorang ibu akan berdampak positif pada anak-anaknya dan juga dari ibu yang hebat akan lahir sosok anak-anak yang hebat pula. Bagaimana tidak? Disamping keistimewaan sebagai sosok wanita yang mulia dan penuh kasih sayang, beliau juga berperan sebagai pendidik dan penanam karakter pada anak-anaknya.
Seperti halnya ketika beliau mempertahankan resep dagangannya. Walaupun sudah puluhan tahun namun resep tidak pernah berubah. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas rasa pada keripik belut. Selain itu proses pembuatannya juga masih terbilang tradisional atau tidak menggunakan alat-alat bermesin.
Sedangkan karyawan atau yang membantu Bu Par dalam memproduksi dagangannya adalah saudara-saudaranya sendiri, jadi semua proses pembuatan dapat dipastikan sangat higienis. Itulah yang membuat keripik belut Bu Par berbeda dengan yang lainnya.
Cara pembuatannya cukup mudah, yaitu belut segar diberi abu gosok agar lendirnya bisa hilang. Setelah 15 menit belut tersebut akan mati dengan sendirinya, sehingga mudah untuk dibersihkan kotorannya dan dilanjutkan di cuci bersih agar bau amis dan tidak ada rasa pahit pada belut. Proses selanjutnya yaitu belut dibumbui dengan bumbu yang sudah menjadi resep khas dari Bu Par.
Selanjutnya belut digoreng dengan diberi tepung, masak hingga kecoklatan setelah itu angkat dan tiriskan. Dan yang terakhir yaitu dimasukkan dalam kemasan plastik. Produk yang dijual setiap hari adalah produk yang baru, karena setiap hari Keripik Belut Bu Par mengolah keripik belut tersebut.
Setiap hari ibu Par memproduksi sebanyak 15-30 kg. Keripik belut terdiri dari dua kategori, yaitu; belut biasa, dengan harga Rp 140.000 dan belut super dengan harga Rp 160.000. Bu Par memang sudah terkenal hingga luar kota, jadi untuk pemasarannya tidak terlalu susah karena sudah memiliki langganan.
Penjualan dan promosi juga memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp ataupun Instagram. Meskipun masih skala UMKM tapi penjualannya sudah terbilang tinggi, terlebih ketika mendekati hari raya, produksinya akan meningkat dua kali lipat dari produksi pada hari-hari biasa.
Meskipun harganya terjangkau namun makanan ini sangatlah banyak mengandung manfaat dari gizi dan nutrisi yang terkandung di dalam hewan belut. Kandungan dalam belut diantaranya adalah protein, Leusin, Arginin, Zat Besi, Fosfor, Lemak, Vitamin A dan B. Selain itu juga keripik belut diolah tanpa menggunakan bahan pengawet maupun pewarna makanan.