Harum itu menusuk tajam kerinduan
Dinginya bekas embun pagi terhapus uap kenikmatan
Seruput sekali membawa jiwa dalam ketenangan
seruput dua kali membawa rasa dalam perenungan
Seruput tiga kali membawa rasa dalam pemikiran
Ia temanku dan sahabatku dalam kesendirian
Ia temanku dan sahabatku dalam kegundahan
Ia temanku dan sahabatku dalam kerisauan
Ia temanku dan sahabatku dalam kelelahan
Ia temanku dan sahabatku dalam kekecewaan
ia temaku dan sahabatku dalam kompleksitas kegalauan
Tak hentinya seruput demi seruput membawa dalam kedalaman segalanya
Perbandingan komposisi dalam kuantitas yang pas melahirkan sahabat
Setia mendengar dalam bisu segala ocehan
Berbicara melalui pemikiran, ia tak henti memberi inspirasi dan menjaga emosi
Kadang ia tak banyak bicara namun membiarkanku menemukan jawaban dengan sendirinya
Ceritanya hampir habis, Ia mulai bosan dan menjadi dingin menanggapiku
Kenikmatan pun segera hilang dan sirna, ya kenikmatan memang barang yang fana
Aku percaya darinya bahwa pahitnya hidup dapat menjadi nikmat bila kita bisa menambahkan dengan pas (tidak berlebih) manisnya gula
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H