Nada hujan saat itu membawa lamunan ku
Gemericik tetes air mengusik pikiranku
Aku terbangun dan tersadar dari lamunanku
Menyadari bahwa aku masih adalah diriku
Ganasnya surya hari itu seperti tidak mengenal belas kasihan
namun mereka si kecil dengan senyum manisnya tetap bertahan
Tangan-tangan kecil nan mungil tengadah membuka
Rambut-rambut halus mereka kering bagai bunga tak tersiramkan
Kulit mereka harusnya halus dan bersih, harusnya
Mata mereka indah, cerah, namun terbayang suram dan kelam
Sepasang kaki kecil mereka tak meronta oleh sengat panas aspal,
senantiasa melangkah ceria seolah jalanan adalah dunia bermain
Gelapnya malam tak meredupkan semangat mereka
Manusia, mereka mengaku berprikemanusian
Pemandangan yang biasa memudarkan nilai kemanusian itu,
ya, si bocah kecil lalu lalang ketika mesin-mesin mulai beristirahat sejenak
Mereka tak berniat untuk meminta
Mereka bersyukur bilamana di beri
Mereka mengiginkan apa yang menjadi milik mereka
Dunia bermain didalamnya,
Kemerdekaan mereka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H