Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Bocah Jalanan

Diperbarui: 27 April 2017   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nada hujan saat itu membawa lamunan ku
 Gemericik tetes air mengusik pikiranku
 Aku terbangun dan tersadar dari lamunanku
 Menyadari bahwa aku masih adalah diriku

Ganasnya surya hari itu seperti tidak mengenal belas kasihan
 namun mereka si kecil dengan senyum manisnya tetap bertahan
 Tangan-tangan kecil nan mungil tengadah membuka
 Rambut-rambut halus mereka kering bagai bunga tak tersiramkan
 Kulit mereka harusnya halus dan bersih, harusnya
 Mata mereka indah, cerah, namun terbayang suram dan kelam
 Sepasang kaki kecil mereka tak meronta oleh sengat panas aspal,
 senantiasa melangkah ceria seolah jalanan adalah dunia bermain

Gelapnya malam tak meredupkan semangat mereka
 Manusia, mereka mengaku berprikemanusian
 Pemandangan yang biasa memudarkan nilai kemanusian itu,
 ya, si bocah kecil lalu lalang ketika mesin-mesin mulai beristirahat sejenak

Mereka tak berniat untuk meminta
 Mereka bersyukur bilamana di beri
 Mereka mengiginkan apa yang menjadi milik mereka
 Dunia bermain didalamnya,
 Kemerdekaan mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline