Mungkin teman-teman kompasianer di sini ada yang pernah mengalami 'konflik' dengan tim mediator/editor Kompasiana?. Saya yakin ada, boleh jadi banyak. Seperti yang barusan 2 hari lalu dialami sohib Arkasya Platikova. Bahkan pula, tak urung saya, Yai Baelah, pernah mengalami hal serupa itu.
Contoh kasus misalnya, tiba-tiba gambar ilustrasi kita dihapusnya begitu saja oleh pihak mediator, diiringi dengan notifikasi dari Kompasiana yang kira-kira bunyinya "kami telah menghapus anu anda karena telah melanggar ini dan bla bla bla".
Hhahh! Serasa berdegup jantung kita. Sejuta rasa. Sedikit malu besar marahnya, kesal, kecewa, khawatir bercampur aduk yang pada intinya "tak enak hati".
Pula misalnya, judul tulisan kita, yang sudah dirancang sedemikian rupa, dengan segala pertimbangan lahir batin, tapi tiba-tiba 'diobrak-abrik' orang lain yang entah siapa. Terjadi perlakuan tak mengenakkan pada tulisan kita, judul kita itu diubahnya, di bolak balik kalimatnya, seperti "Berhenti Berdebat?, Kapankah Saatnya?". Lalu beberapa saat kemudian... tiba-tiba kita menjadi terperangah. Tak lama setelah diunggah, lantas berubah menjadi "Kapankah Saatnya Berhenti Berdebat?".
Memang, contoh tajuk yang mengalami pergeseran kata tadi tampaknya tak terlalu berpengaruh, mengesankan makna yang tak berbeda.
Benarkah?
Sepertinya, peristiwa bolak balik kata itu tadi cuma persoalan sederhana. Tapi, kadang ada yang boleh jadi "tak mampu diselami" orang lain selain sang penulis itu sendiri, bahwa "teks judul tertentu" akan mengandung "nilai rasa tertentu" yang akan memberikan "dorongan tertentu" terhadap "kualitas pikir/pemahaman tertentu"" pada diri pembaca, sejalan dengan misi dan visi serta orientasi (titik berat pandangan) yang sengaja diarahkan dan yang dikehendaki (diharapkan) si penulis dengan pemberian 'aksesoris' sedemikian rupa pada judulnya tadi.
Bahwa pastinya, ada target atau pencapaian sisi psikologis tertentu yang hendak ditanamkan oleh penulis kepada pembaca yang membaca tulisannya itu.
Faktor psikologis yang dimaksudkan penulis tadi yakni agar pesannya dapat "ditangkap" dengan "sempurna" lalu dirasakan baik serta kemudian "diolah pikir" oleh pembaca tadi sesuai tendensi yang diharapkan atau yang disengaja diarahkan oleh sang penulis.
"Membuat judul yang tendensius tak mengapa, asal jangan mengandung fitnah"