Lihat ke Halaman Asli

Pohon Cinta

Diperbarui: 22 Maret 2016   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pohon Duka

Dulu, aku selalu merasa biasa akan sesuatu hal
Tak ada sajak memuja dalam setiap bulir kata,
karena mungkin rasa sakit menanam
duka dan tumbuh subur daripada rasa bahagia
Dahannya bewarna merah darah,
seperti rasa sakit yang ternganga
Kunamakan itu Pohon Duka

Setiap hari, cerita masa lalu datang menyirami rasa sakit,
membuatnya tumbuh subur lagi
Dahannya yang rindang menyentuh langit-langit hati
membuat hatiku mati rasa
Hati berkata, "Tolong aku, aku tak bisa merasakan apa-apa"
Namun Pohon Duka tak pernah mau perduli

Kamu pasti tahu rasanya
Saat ada ketukan datang dari rasa sedih,
kamu tak bisa menangis
Saat ada ketukan datang dari rasa senang,
mengukir senyuman tipis adalah hal
yang paling luar biasa kamu lakukan
Semua hal menjadi datar
Kamu menjadi orang paling jahat
yang pernah mereka temui selama bertahun-tahun

Tak dinyana..
Pada suatu ketika, ada ketukan yang teramat keras
ternyata ketukan datang dari rasa cinta
Namun Hati berusaha menghentikannya dan
Hati berkata, "Jangan kamu masuk ke sini!
Aku tak bisa menerimamu, aku tak bisa!
Rasa sakit tumbuh lebat di sini. Sia-sia."

Seakan tak perduli, rasa cinta membuka
pintu itu dan berkata sambil menyilakan satu
tangannya serta menundukkan kepalanya,
"Biarkan aku mencabutnya, wahai hati"

Dan sekarang, rasa cinta telah tinggal di dalamnya
membuatnya tetap terjaga
Pohon yang kusebut Pohon Bahagia
yang telah ia tanam kini telah menjadi
pohon muda dan memiliki akar akar yang cukup kuat
Tak lupa, rasa cinta menyiramnya setiap hari
membuang hama-hama kecil bahkan parasit
Ah ya, memupuknya dengan iman akan tambah
menguatkan Pohon Bahagia yang menjadi akar dari hidupku kini

Semoga Pohon Bahagia semakin lama semakin kuat,
bahkan hingga aku meninggalkan seluruh nafas ini

 

Cibubur, Maret 2016
SA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline