Lihat ke Halaman Asli

Tragedi batok kelapa

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

lihat mata parapati itu duduk disanggar tarian kecapi diiringi pagel bertumpu pada lupa terlupakan diatas bejana perwayangan sketsa kosong melompong pernahkah batok kelapa itu tersirat bahkan menyurat untuk sepenggal tanya kepada batin apa yang kita rasakan ditanah kusam penuh kekumalan tak berotak nyawa seperti ayam potong dengan tarif harga yang tak sebanding namun keringat dan pertaruhan nyawa tiada arti bila tembok senjata dianggar bosan ingin rasanya tangan lemah ku ini menusuk untuk ditusuk biarkan mereka tidak tau apa sebenarnya kebodohan sitapak tiada tumpuhan biarkan mereka semakin dipalu akan kecongkaan kelapa ingusan hanya diam duduk manis, tertawa, marah tapi diam mematung tampa melangkah hanya debat sesama yang ada tengorokan kering hingga suara serak tak terselesaikan berkambing dungu akan tingkah didungui bodoh ya kita bodoh sejak dulu hingga sekarang masih saja bodoh akan penggila akal mengakali : sembilu Rusdiansyah Hutagalung "Si Sajak Dungu"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline