Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Ariyanto

Tidak Hitam Putih

Mas Yoyok: Menambah Nasional pada Demokrat

Diperbarui: 3 Maret 2021   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rachmat Ariyanto

Sembari menanti antrian keluarga yang tengah melakukan tes swap Mamat membuka laman twitter, sedang asyik scroll sampe bawah tetiba Mamat terhenti pada judul berita menarik dari republika.co.id.

Isi berita itu adalah penunjukan Nurcahyo Anggoro Jati (Mas Yoyok), putra mantan Ketua Umum Partai Demokrat alm. Hadi Utomo sebagai Ketua DPD Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Jakarta Timur. Pada prinsipnya Mamat tidak terlalu terkejut dengan informasi ini karena memang beberapa waktu yang lalu Mamat sudah mengetahui bahwa Mas Yoyok dan Bu Dwi menyatakan diri keluar dari Partai Demokrat. Namun berita ini mengkonfirmasi ke-shahihan keluarnya Mas Yoyok dan keluarga dari Partai Demokrat adalah sebuah sikap politik, karena beliau bukan berhenti berpolitik namun berpindah kendaraan politik, dan sedikit Mamat ingin mengulasnya paling tidak sebagai sebuah catatan kecil.

Mas Yoyok di mata Mamat

Intensitas komunikasi antara Mamat dengan Mas Yoyok terjalin sebab Mamat menjadi Sekretaris DPC Partai Demokrat Jakarta Timur mendampingi Ibu Dwi Astuti Wulandari (adik Mas Yoyok) yang kala itu merupakan Ketua DPC sekaligus anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat. Sebelum itu Mamat mengenal Mas Yoyok dalam tampilan luar semata sebagai politisi anggota DPR, putra dari alm. Pak Hadi Utomo dan kurang lebih seputaran aktivitas keseharian beliau melalui pertemanan di medsos.

Dalam pandangan Mamat Mas Yoyok adalah paket komplit seorang politisi. Ia memiliki visi politik, pandangan-pandangan jauh kedepan, alur 

pikirnya sistematis dan strateginya terukur. Hal ini Mamat dapatkan ketika mendengar saran dan masukannya kepada pengurus DPC Demokrat Jakarta Timur kala itu. Pandangan Mamat ini terkonfirmasi dengan pilihan Mas Yoyok menjadi ketua DPD Partai Nasdem Jakarta Timur. Modal jejaring politik sang ayah, bukanlah menjadi hal yang sulit bagi Mas Yoyok untuk mendapat posisi di DPP Partai Nasdem paling tidak sebagai staf ketua, ataupun DPW DKI Jakarta, namun ia lebih memilih untuk memulai dari tingkat bawah yaitu DPD, sebagai sebuah catatan politik dimasa depan bahwa Mas Yoyok tidak serta merta hadir di Nasdem dengan modal "beking", ia tapaki jenjang organisasi yang ada di partai tersebut, "Super Sekali", pertanda kematangan visi beliau.

Tak kalah dengan visi dan kemampuan fikir lebih lanjut Mamat menilai mas Yoyok juga memiliki mental sebagai seorang politisi. Positioning sebagai putra mantan Ketua Umum Partai Demokrat serta bagian dari keluarga besar SBY menjadi modal yang besar jika Mas Yoyok turut cawe-cawe dalam Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD) yang masih berlangsung hingga saat ini. Kehadiran Mas Yoyok pastilah menjadi amunisi bagi kelompok ini. Pun dalam komunikasi personal tak pernah Mamat mendengar kalimat negatif Mas Yoyok terhadap Ketua Umum AHY dan lingkarannya, demikian pula dilaman sosial Mas Yoyok tak Mamat temui postingan bernada nyinyir dan buruk kepada Partai Demokrat. Mungkin ini yang orang Betawi suka bilang hatinya bersih tak berbulu.

2,5 % Introspeksi Diri

Apapun kisah dibalik kepindahan Mas Yoyok dan Bu Dwi bagi Mamat adalah sebuah kerugian bagi Partai Demokrat. Mereka bukan saja sumber kekuatan kader, namun juga kekuatan keluarga Cikeas. Opini yang akan beredar diluaran adalah "jika keluarga sendiri saja tak bisa dijaga apalagi dengan orang lain". Ditambah lagi dengan GPK PD yang masih menyusun kekuatan hingga saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline