[caption id="attachment_340896" align="alignnone" width="500" caption="he hei - dok.pribadi"][/caption]
hei, hei, kau yang ada di balik dinding sana
aku tahu, kamu baru saja mengintipku kan
lalu lincah sembunyi lagi seperti hendak menggoda
sejenak kulihat kilat matamu dan senyummu yang menawan
hei, hei, yang hadir di masa yang jenaka ini
ketahuilah bahwa kami lebih menginginkanmu
karena irama pulsus dari tubuhmu jauh lebih merdu
ketimbang seribu citra dan luapan janji-janji
hei, hei, sari kehidupan kami
pilihlah jalan sendiri, pada saatnya nanti
tapi sekarang biar kami alasi dulu jalanmu
untuk berlari dan lompati batu-batu
hei, hei, senyawa dari cinta sederhana
mendekatlah, nyatakan dirimu ada
lalu di saat itu, menarilah di batas benar dan salah
tapi hati-hati tergelincir lalu hilang arah
hei hei, hoi hoi, hei hei,
pada saat Tuhan hembuskan nafasNya untukmu, tahan sejenak, jangan buru-buru dilepas lagi. simpan sedikit untuk memberi kehidupan deret gladiola di halaman kita nanti,
sisakan panasnya untuk mengusir kepalsuan yang mengotori nurani,
tetapkan janjimu denganNya, jangan pernah diingkari,
sesanggupnya, kami temani
--06062014, dekat denyut nadimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H