Menjelang pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 9 Desember 2015, calon kepala daerah beserta juru kampanye pun mulai melakukan kampanye secara terbuka. Kampanye mulai mereka lakukan dengan cara menempel poster, spanduk, hingga ramai mempromisikan sang calon di media sosial.
Berita terhangat kali ini terjadi ditempat saya tinggal yakni di Kepulauan Riau (Kepri). Salah satu calon wakil gubernur nomor urut 1 Nurdin Basirun diduga melakukan politik uang. Berita ini pun marak di media-media lokal Kepri dan media sosial.
Terlepas soal kebenarannya, saya sebagai masyarakat Kepri sangat menyayangkan hal ini. Di jaman sekarang, calon kepala daerah masih menganggap sebelah mata kepada masyarakat. Mereka masih menganggap jika kita adalah masyarakat kecil yang bisa dibohongi dan diiming-imingi dengan uang receh atau sembako murahan.
Bagaimanapun juga, Money Politics merupakan masalah yang membahayakan moralitas bangsa, walaupun secara ekonomis—dalam jangka pendek—dapat sedikit memberikan bantuan kepada rakyat kecil yang turut mencicipi.
Masyarakat tidak butuh uang receh yang habis dalam sekejab. Yang kita butuhkan adalah sosok pemimpin yang berani bersaing dengan bersih dan sehat tanpa melakukan politik kotor. Karena kita yakin, pemimpin yang tidak melakukan politik uang mempunyai tujuan yang mulia untuk membangun negri ini.
Untuk itu, katakan tidak untuk politik uang. Jangan pilih calon kepala daerah yang suka menghambur-hamburkan uang rakyat. Jika hari ini dia bisa memberi kita sedikit uang, percayalah, suatu saat nanti dia akan mengambilnya kembali uang kita dalam jumlah yang besar. Salam Damai. Ingat,,,Pilih Calon yang Bebas Poltik Uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H