Lihat ke Halaman Asli

Hidup Bukan "Katanya"

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1289760138837348623

Sore ini seorang sahabat datang dengan sebuah keresahan. Keresahan karena mendengar berita ada seorang yang alim,agamis dan banyak rahasia yang disimpan. Berikut obrolan antara aku dansahabtku.. Teman : katanya tetangga desa ada alim ulama yang luar biasa. Ak: ah itukan katanya bro… Teman: ya tapikan aku juga memperoleh informasi dari orang yang aku percaya,bahwasanya beliau(orang alim itu,red) setingkat wali. Ak : ah wali murid kali. Teman : yah serius ini bro,banyak juga jamaah yang mendatangi untuk meminta berkah. Ak: ah…itu kan jamaahnya. Teman: lha terus solusinya gimana?? Ak: coba nanti kita cek apakah dia benar-benar  hebat atau masih ringan ------------------------------------------------------------------------- Note: sering kita menjumpai penokohan atau mengidolakan seseorang namun hanya sebatas mengaguminya,kita silau atas kehebatannya, bahkan banyak yang mendewakan manusia lain. Saya memang mengambil contoh dari agama karena memang agama ini lentur untuk dapat digunakan sebagai wahana karir, bagi yang pintar berdakwah akan menggunakan kepintaran dakwahnya untuk mencari makan,bagi yang memperdalam ghaib akan mempergunakannya untuk mencari  keuntungan didalamnya,dan  Lebih extreme lagi para teroris, disetiap aksinya mengatasnamakan agama,bahkan lebih sering mengucap kalimah “allahu akbar” daripada kita sendiri, namun sikapnya malah menganiaya dan membunuh. Coba kita tengok didalam diri kita sendiri, tak perlu menuruti “katanya”. Jangan menuruti atau mendewakan orang lain. Jikapun orang-orang yang anda kagumi memang mempunya keistimewaan tersendiri,tirulah bagaimana dia mendapatkannya,tirulah bagaimana dia melakukannya,tirulah semangatnya. Semakin kita mendewakan orang lain kita akan kehilangan originalitas diri kita sendiri. Coba renungkan kalimat ini, semakin kita mendewakan orang lain, kita akan semakin kehilangan originalitas diri kita sendiri . Kita akan banyak kehilangan waktu,materi,dan yang lebih penting lagi kita akan kehilangan tujuan hidup kita. Coba kita renungkan ,akan kemana tujuan hidup kita,untuk apa kita hidup,bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita menikmati hidup?? Hiduplah dan menikmatinya,bukan dinikmati oleh kehidupan. Karena semua ini menjadi tanggung jawab antara kita dengan sang pemberi hidup. Semarang 15 november 2010




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline