Lihat ke Halaman Asli

S Eleftheria

TERVERIFIKASI

Penikmat Literasi

Filsafat Rahasia di Balik Jiwa-Jiwa Kesepian

Diperbarui: 6 September 2024   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seseorang yang menyimpan rahasia di dalam kesepiannya| sumber gambar pixabay.com

Seorang penulis Jerman yang terkenal dan aktif secara sosial, yang merupakan seorang tokoh besar dalam sastra dunia, Johann Wolfgang von Goethe, menjelang akhir hidupnya berkata, "Tidak ada yang pernah benar-benar memahami saya, saya tidak pernah sepenuhnya memahami siapa pun; dan tidak ada yang memahami siapa pun lainnya."

Seperti sebuah kotak rahasia tentang dunia alami, fenomena yang muncul dari alam semesta di dalam kepala kita akan sepenuhnya menjadi milik kita sampai akhir segalanya. Kita hidup dengan membawa sifat, pemikiran, dan perasaan yang tidak akan pernah diketahui oleh orang lain.

Maka, kita mungkin memiliki rahasia yang tidak pernah kita ceritakan kepada siapa pun atau tidak pernah kita akses ke orang lain. Apakah itu akan tetap menjadi bagian dari kosmos tersembunyi atau mungkin karena kita tidak memiliki kata-kata untuk mengungkapkannya, sekalipun kita ingin membagikannya kepada orang yang kita percaya?

Dalam beberapa hal, pesan rahasia ini sangat indah. Namun, satu hal, meski kita menyimpannya dan konfigurasi materi alam semesta yang selalu menepati janjinya untuk tidak pernah mengungkapkannya, rahasia ini ternyata sangat bisa mengisolasi kehidupan kita.

Ada begitu banyak hal-hal yang kita pikirkan atau kita rasakan, yang tidak akan pernah disentuh oleh siapa pun, yang tidak akan pernah dikonsolidasi, yang tidak akan pernah diyakinkan, yang tidak akan pernah didengarkan orang lain, tetapi kita justru mengharapkan kata-kata, "Saya mengerti tentangmu"---rasanya terlalu aneh. Jika pun terpaksa melakukannya, kita sering kali mengutarakan rahasia itu menjadi versi yang lebih samar---sebab kita tidak ingin menguak semuanya.

Ini bukan kesalahan kita sebab memang pikiran manusia dibangun dengan filter dan sensitivitas terkait citra diri dan kebutuhan akan penerimaan dari orang lain. Bagaimanapun, manusia adalah makhluk yang rentan, dan kita takut dunia melihat diri kita apa adanya. Bahkan jika kita adalah orang yang sangat terbuka, percaya diri, dan jujur, masih ada hal-hal yang sejatinya tidak ingin kita uraikan kepada siapa pun. Pikiran-pikiran inilah yang kemudian membuat kita menolak menceritakan semuanya dengan dalih privasi.

Sensasi ini mungkin bisa disebut aneh, cemas, lelah, atau sedih, tetapi tidak pernah sepenuhnya menggambarkan kaleidoskop abstrak yang sebenarnya terjadi di dalam kepala kita. Mungkinkah hal ini terjadi karena keterbatasan bahasa seseorang dalam membagikan simbol-simbol perasaan?

Filosofi manusia yang terbentuk dari partikel-partikel berbeda dan diciptakan di waktu dan tempat yang berbeda, kemudian dikirim dalam lintasan waktu dan ruang yang berbeda, tidak akan pernah mengalami lintasan fisik yang sama persis seperti satu sama lain menjalani hidup di alam semesta ini. Perumpamaan bahwa kita semua adalah satu-satunya pengendali di kereta tanpa penumpang, konsekuensi dari hal ini adalah kesepian dengan eksistensial yang melekat: Dengungkan apa yang ingin kita dengungkan, tetapi jangan pernah yakin bahwa orang lain mendengarkannya sebab bisa saja dengungan itu hanya ada di kepala kita sendiri. Ironisnya, perasaan keterpisahan atau perasaan terisolasi ini justru mampu menghubungkan kita satu sama lain.

Dalam novel Infinite Jest (sebuah karya yang menggambarkan dunia yang penuh dengan kecanduan, hiburan, dan masalah psikologis), David Foster Wallace menulis rangkaian kalimat di sana, "Semua orang identik dalam keyakinan rahasia yang tidak terucapkan. Bahwa jauh di dalam diri, mereka berbeda dari semua orang."

Kita semua dapat mengaitkan diri dengan perasaan betapa sedikitnya orang lain yang bisa benar-benar memahami apa yang kita rasakan. Namun, meskipun begitu, kesepian sering kali masih dilihat sebagai sesuatu yang hanya dirasakan oleh orang-orang yang dianggap "kesepian": orang-orang yang dikucilkan, para penyendiri, dan sebagainya. Padahal, setiap manusia memiliki tingkat kesepian yang berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline