Lihat ke Halaman Asli

S Eleftheria

TERVERIFIKASI

Penikmat Literasi

Sebuah Perjalanan Emosional dari "Forgive but Not Forget"

Diperbarui: 10 Agustus 2024   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seseorang yang bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan| sumber gambar pixabay

Pernahkah kamu bergumul dalam memaafkan seseorang atau membangun kembali kepercayaan setelah kepercayaan itu rusak?

Nah, dalam perjalanan hidup, mungkin kamu pernah mendengar ungkapan "memaafkan tapi tidak melupakan". Bagi sebagian orang, kalimat tersebut mungkin terdengar kontradiktif atau sulit dipahami. Namun, bagi kamu yang bercerita tentang pengalamanmu, ungkapan ini adalah kenyataan yang bisa jadi kamu hadapi setiap hari.

Memaafkan adalah proses ketika kamu melepaskan rasa marah, dendam, dan keinginan untuk membalas dendam terhadap seseorang yang telah menyakitimu. Memaafkan tidak berarti kamu harus kembali seperti dulu dengan orang tersebut, tetapi lebih kepada bagaimana kamu merespons perasaan negatif yang ditimbulkan oleh tindakan orang lain.

Di sisi lain, melupakan mengacu pada kemampuan kamu untuk menghapus ingatan atau pengalaman negatif dari pikiranmu. Namun, dalam realitasnya, melupakan sesuatu---terutama yang menyakitkan---jauh lebih sulit daripada memaafkan sebab otak manusia memiliki kecenderungan untuk mengingat peristiwa yang emosional dan berdampak kuat, terutama yang negatif. Jadi, meskipun kita telah memaafkan, ingatan tentang kejadian tersebut mungkin tidak pernah benar-benar hilang.

 

Memaafkan adalah Praktik Spiritual dan Emosional

Memaafkan adalah praktik spiritual dan emosional yang penting. Nelson Mandela pernah berkata, "Kebencian itu seperti kamu meminum racun, lalu kamu berharap racun itu akan membunuh musuhmu."

Memaafkan bukan hanya untuk orang yang menyakitimu, tetapi juga untuk kedamaian dirimu sendiri. Memaafkan adalah hadiah yang kita berikan kepada dirimu---hadiah kebebasan mental, emosional, dan spiritual.

Contoh yang paling menginspirasi dari orang-orang yang menunjukkan sikap memaafkan dengan cara yang luar biasa, salah satunya adalah kisah Louis Zamperini, seorang pelari Olimpiade yang menjadi pahlawan perang. Setelah bertahun-tahun disiksa secara brutal oleh penjaga penjara selama Perang Dunia II, Zamperini memilih untuk memaafkan mereka.

Hal serupa juga terlihat pada keluarga korban penembakan di Charleston yang memaafkan pelaku pembunuhan. Ini adalah contoh nyata dari memaafkan tanpa syarat.

Namun, bagaimana jika situasimu tidak se-ekstrem itu? Bagaimana jika kamu "hanya" merasa terluka atau dikhianati?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline