Kondisi sosial sekarang ini menggambarkan keadaan bahwa betapa sulitnya seseorang menyebut maaf kendati melakukan kesalahan. Hal ini biasanya dipicu oleh pertimbangan harga diri dan ego yang dimiliki seseorang tersebut. Alih-alih melakukan permintaan maaf, memaafkan pun kemudian sama sulitnya untuk dilakukan, terlebih-lebih bagi seorang introvert, karena umumnya dampak emosional dan kesediaan introvert untuk memaafkan jelas bergantung pada orang yang menyakitinya.
Mengapa introvert tidak pernah mudah untuk memaafkan? Mari kita lihat lebih dekat.
Rasa sakit itu masih ada
Menyinggung atau menyakiti perasaan introvert adalah masalah besar. Untuk menyembuhkan rasa sakit, introvert membutuhkan waktu lama karena kebanyakan dari mereka adalah tipikal pemikir yang membuat mereka sadar tentang diri mereka sendiri.
Selain itu, introvert sering menyalahkan diri sendiri karena mereka mungkin mengira mereka adalah akar masalahnya. Para introvert mungkin pernah berhadapan dengan orang-orang yang melakukan kesalahan dan mencoba meminta maaf kepada mereka, tetapi tidak menanggapinya. Hal itu bisa jadi disebabkan oleh banyak hal yang terjadi dalam pikiran mereka, salah satunya adalah mereka yang disalahkan.
Introvert menderita lebih lama daripada ekstrovert dan itulah mengapa rasa sakit itu tetap ada setiap kali mereka mengingat pertemuan yang menyakitkan itu atau melihat pelakunya. Rasa sakit itu seolah-olah telah kembali dan menyakiti mereka lagi. Dalam hal ini, mereka tidak dapat disalahkan karena begitu sensitif. Kemungkinan penyebabnya adalah karena mereka tidak mendapatkan kekuatan emosional yang mereka butuhkan selama masa-masa sulit mereka.
Pelakunya tidak tulus
Sejatinya, seorang yang melakukan kesalahan harus meminta maaf secara tulus. Introvert dapat mengidentifikasi seseorang yang benar-benar menyesal atau hanya meminta maaf demi membersihkan keburukan untuk menjaga nama baik.
Dalam kasus introvert, mereka tidak menyukai orang-orang palsu yang meminta maaf hanya karena ingin terlihat baik dan merasa nyaman dengan diri sendiri. Kedengarannya sangat beracun jika introvert mentolerir perilaku pelaku dan berpikir untuk memaafkan seseorang karena mereka terpaksa melakukannya meskipun tidak tulus.
Semua harus belajar bahwa permintaan maaf membutuhkan ketulusan. Maka orang yang bersalah juga harus menyadari bahwa permintaan maaf dapat ditolak jika orang yang disakiti belum siap untuk memaafkan.
Introvert takut merasa rentan setelah memaafkan
Terkadang introvert takut bahwa setelah memaafkan, pelaku akan berpikir bahwa introvert ini rentan dan dapat dengan mudah dipengaruhi lagi. Selain itu, introvert cenderung berpikir bahwa jika orang yang melakukan kesalahan kepada mereka, besar kemungkinan akan mengulangi kesalahan yang sama lagi sehingga akan merusak harga diri dan motivasi seorang introvert.
Introvert pun tidak ingin terlihat lemah karena mereka takut dicap rentan dan lemah. Hal lain bahwa memaafkan membutuhkan keberanian dan mereka tidak ingin merasa lemah dengan mudah memaafkan. Introvert perlu memahami dan mengatasi ketakutan mereka bahwa meskipun mungkin terasa seperti pembelaan diri bagi yang meminta maaf, yang lebih menderita adalah orang yang tidak memaafkan---ini berdasarkan kasus per kasus. Jadi, tidak apa-apa membiarkan introvert merasa seperti itu jika mereka belum siap untuk memaafkan.
Introvert sering salah mengartikan bahwa tidak ada yang mengerti mereka
Kebanyakan introvert akan berasumsi bahwa tidak ada yang mengerti tentang mereka. Ini kemudian mengarah pada ketidaksegeraan introvert untuk memaafkan karena merasa sepertinya semua orang menyakiti mereka dan orang-orang tidak dapat melihat apa yang sedang dialami mereka.
Mungkin hal tersebut terlihat seperti reaksi yang berlebihan, tetapi bagi mereka, itulah yang mereka rasakan dan orang-orang tidak dapat menyalahkan reaksi mereka yang seperti itu.
Introvert memiliki cara yang berbeda dalam memahami sesuatu dan tidak apa-apa mereka memilih untuk tidak mengatasi masalah dan membiarkannya apa adanya. Kebanyakan introvert memiliki kecemasan sosial. Maka membiarkan mereka untuk sembuh dengan sendirinya adalah lebih baik daripada memaksakan mereka untuk memberi maaf.
Takut terluka lagi
Tidak ada yang suka dengan perasaan terluka. Pada kasus yang sama untuk introvert, mereka sangat takut disakiti lagi oleh orang yang sama. Ketika seseorang menyakiti mereka, mekanisme pertahanan pertama mereka adalah menghindari pelaku. Mereka juga mudah trauma ketika sesuatu yang mengkhawatirkan terjadi kepada mereka. Sebagai dampaknya, mereka akan bersembunyi dan menjauh dari pelaku karena telah merusak kepercayaan mereka.
Introvert menyimpan emosi mereka hanya untuk diri sendiri. Makin banyak dendam yang mereka sembunyikan, makin mereka takut disakiti. Mereka cenderung sensitif sehingga dapat dipahami bahwa introvert membutuhkan beberapa waktu untuk memproses dan mengendalikan emosi setelah disakiti. Keputusan mereka mungkin terpengaruh karena perasaan luar biasa yang mereka rasakan, tetapi rasa sakit itu akan mereda jika pelaku menghormati batasan mereka dan mengubah cara untuk memperlakukan mereka.
Terlalu banyak kemarahan
Kemarahan introvert tidak terlihat, tetapi jauh di lubuk hatinya ada pemicu emosi yang kuat yang akan membuat memaafkan menjadi hal terakhir yang harus dilakukan dalam pikiran seorang introvert.
Ketika terluka, introvert tidak mengungkapkannya secara vokal karena mereka melakukannya di dalam kepala mereka. Mereka lebih memikirkan betapa kasarnya orang-orang yang menyakiti mereka, tetapi tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung.
Para introvert akan mengatakan baik-baik saja meski itu tidak baik karena mereka dapat menahan amarah untuk beberapa waktu. Mereka tidak akan menunjukkan sisi negatif mereka karena lebih suka menyembunyikannya. Namun, terkadang introvert terlalu bersikap membenarkan diri sendiri. Hal ini tentu saja bukanlah praktik yang baik karena akan menghalangi menghilangkan kemarahan mereka terhadap pelaku.
Kepercayaan yang rusak sulit diperbaiki
Baik introvert maupun ekstrovert sepakat pada fakta bahwa kepercayaan yang rusak sulit untuk diperbaiki. Introvert jarang memercayai seseorang karena juga membutuhkan waktu untuk membangun ikatan dengan lingkungannya dan orang-orang di sekitarnya.
Sayangnya, jika orang yang mereka percayai mengkhianati mereka, mereka akan kehilangan minat untuk memperbaiki hubungan tersebut. Mereka perlu membangun kepercayaan lagi, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan karena akan membutuhkan penimbangan hal-hal di sekitar mereka.
Introvert percaya penyembuhan adalah sebuah proses, bukan keputusan impulsif
Memaafkan tidak diberikan dengan paksa, melainkan dengan sepenuh hati. Introvert juga menghargai proses penyembuhan yang harus mereka lalui sebelum memberikan maaf karena juga akan mempertimbangkan kemungkinan keuntungan dan kerugian memaafkan seseorang yang pernah menyakiti mereka. Selain itu, introvert tidak cepat memaafkan karena mereka tahu cara menghargai diri sendiri.
Ketika kemudian kitalah yang menyinggung introvert, kita perlu memahami bahwa introvert menangani keputusan mereka dalam hidup secara kritis. Kita perlu memberikan waktu dan ruang kepada seorang introvert untuk berpikir tentang bagaimana menangani situasi yang menyebabkan kesalahpahaman. Menghormati proses penyembuhan mereka dapat mengurangi dendam mereka terhadap kita. Tindakan yang menyinggung mungkin dapat sembuh total, tetapi memaafkan pelaku dapat membantu melonggarkan cengkeramannya dan membantu kita membebaskan diri dari kepahitan.
Sebagai manusia, kita juga perlu mengenali cara orang lain dalam membuat keputusan yang akan membentuk hidup mereka. Kita mungkin merasa takut membuat keputusan yang salah, tetapi ingatlah bahwa kita ikut belajar melalui kesulitan yang dihadapi. Jadi, sebenarnya, alasan apa pun jangan sampai menghalangi kita untuk memaafkan orang lain.
---
Shyants Eleftheria, Life is a Journey
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H