Mataku masih terang awas tertuju pada layar ponsel di tangan. Suzan tidak bisa dihubungi dan pesan yang kukirim juga tidak berbalas. Padahal, aku hanya ingin menanyakan apa yang dilakukannya Sabtu malam ini?
Pikiranku mulai tidak tenang. Was-was sudah menyelusup ke dada, lalu dengan tempo teratur cepat, perasaan itu mulai mengetuk-ngetuk rasa cemas.
Sudah hampir lima jam tidak ada jawaban darinya. Tidak biasanya dia seperti itu. Aku khawatir, tentu saja, dan aku pikir, siapa pun yang berada pada posisiku, semua juga akan merasakan kekhawatiran yang sama.
Istriku terbangun setelah aku menyalakan kembali lampu baca di belakang kami di dinding atas tempat tidur.
"Apa yang terjadi?"
"Tidak apa-apa, kembalilah tidur."
"Jam berapa sekarang?"
"Setengah satu."
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Menghubungi Suzan, tetapi tidak bisa."