Lihat ke Halaman Asli

S Eleftheria

TERVERIFIKASI

Penikmat Literasi

Suwung

Diperbarui: 13 Mei 2023   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi wanita yang mengalami suwung dalam hidupnya|by pixabay

Apa yang membuat kita menjadi manusia? Apakah kekurangan kita, kesempurnaan kita, atau mungkin sesuatu yang berjalan lebih dalam?

Keping-keping harapan yang pernah memberiku senyum bahagia pada akhirnya hanya rangkaian keinginan yang tidak pernah menyatu utuh. Banyak yang hilang. Meski tali yang terlanur terikat itu tidak kuat, aku belum berkeinginan melepaskannya.  

"Aku pulang larut malam". Isi pesan itu bukan kali pertama disampaikannya kepadaku, maka kubiarkan saja demikian. Selanjutnya aku menghabiskan setengah gelas susu cokelat hangat, lalu tidur.

Pagi hari, tidak ada yang ingin kuperbincangkan dengannya, tidak ada juga yang ingin kubahas tentang dengan siapa dia pergi hingga pulang larut malam. Tidak, aku tidak ingin tahu. Dia asyik menikmati oatmeal, sebutir telur, dan segelas jus apel segar yang kusediakan pagi-pagi. Matanya sibuk membaca berita-berita online.

Sarapannya habis. Dia pamit. Benar! tidak ada pembicaraan apa-apa. Aku pikir, dia akan mengucapkan sesuatu, kendati aku pun tidak yakin dia akan mengingat sesuatu yang sekian lama tidak kami lakukan—dan aku harus memakluminya.

Bertahun-tahun, permakluman itu hanya ada dariku untuknya, tidak darinya untukku. Aku harus memaklumi ritme kerjanya yang sibuk dengan tumpukan pekerjaan yang dia tidak ingin menundanya, kecuali jika tidak memungkinkan untuk menyelesaikannya di kantor, dia—katanya—terpaksa akan membawa pekerjaannya itu ke rumah dan memintaku untuk tidak mengganggunya di ruang kerja.

“Biarkanlah dia sibuk, kau harus terbiasa, May.” Batinku seolah-olah turut menenangkanku saat aku mulai mempertanyakan kesibukannya yang seperti mengabaikan kehadiranku.

Bertahun-tahun aku juga memakluminya bahwasanya jikalau dia ingin melepaskan kepenatan hidupnya, dia lebih memilih berkumpul atau pergi berlibur bersama teman-temannya daripada membicarakan langkah rumah tangga kami ke depan.

Maka aku akan mengisi kekosongan dan kehampaan hidupku sendiri, dengan caraku sendiri: Berbelanja, ke salon, ke kafe, atau menemui teman-temanku dengan senyum, dengan keceriaan yang harus aku tampakkan kepada mereka dan berpura-pura menunjukkan bahwa hidupku baik-baik saja. Begitulah aku.

Hari ini aku berdandan cantik, mengenakan gaun panjang dandelion kesukaanku, dan memoles bedak serta perona merah. Aku mengunjungi Nat, temanku, bermaksud membeli bunga dari toko kembang miliknya. Nat menanyakan alasanku membeli delapan tangkai yellow daylily.

“Kenapa harus kuning?”

“Aku suka kuning.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline