Apa yang kita bayangkan ketika mendengar kata "damai"?
Mungkin damai itu kita ibaratkan ketika melihat pemandangan indah di alam berupa hamparan sawah hijau yang menguning dengan latar belakang gunung menjulang yang elok, serta suara gemericik air sungai yang mengalir, atau hal-hal lainnya yang menggambarkan suasana penuh damai. Apapun yang ada di pikiran kita, semua berpotensi menciptakan ketenangan. Nah, keadaan demikianlah yang sejatinya bisa disetarakan dengan efek "memaafkan".
Mengapa memaafkan berhubungan dengan kedamaian?
Ada kalanya kita mengalami situasi marah terhadap seseorang yang ujung-ujungnya karena kesadarannya, kita pun memberi maaf.
Dalam definisi yang paling sederhana, memaafkan adalah berhenti merasa marah atau kesal terhadap seseorang karena suatu pelanggaran atau kesalahan yang diperbuatnya, baik sengaja maupun tidak. Kondisi tersebut kemudian disinyalir mampu memberikan perasaan damai disebabkan hilangnya emosi negatif dalam diri kita.
Merasa kesal dan marah terhadap situasi yang tidak tepat adalah hal yang wajar. Namun, membayangkan kemarahan yang terjadi sama halnya seperti membayangkan situasi perang dan selalu akan menimbulkan korban.
Meski bukan berada pada posisi pelanggar, kenyataannya kita justru mendapatkan manfaat dari memaafkan seseorang yang telah berbuat salah kepada kita.
Nah, bagaimanakah memberi maaf itu bisa begitu bermanfaat? Mari kita coba menyelaminya lebih dalam.
Sejuta hal bisa dilakukan orang-orang untuk membuat kita marah kepada mereka: Ada yang kecil, seperti bercanda dengan membuat olok-olok konyol, dan ada pula yang besar dan tidak terduga, seperti mengkhianati sebuah persahabatan.
Hal-hal yang orang-orang lakukan itu terhadap kita pada akhirnya mampu menghancurkan kepercayaan yang kita miliki terhadap mereka---dan kita merasa rentan untuk bereaksi negatif.