Lihat ke Halaman Asli

S Eleftheria

TERVERIFIKASI

Penikmat Literasi

Dia Itu Wanita Cantik

Diperbarui: 18 Desember 2020   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi(pixabay.com)

Diman bertamu ke rumah Imran—sahabatnya, yang sudah hampir lima belas tahun lamanya tak pernah berjumpa. Mengingat bagaimana kehidupan Imran dahulu kala, Diman dibuat tercengang takjub saat melihat kediaman Imran bak sebuah istana.

"Masya Allah! Kau sudah jadi orang kaya sekarang, Imran," seru Diman seraya berdecak kagum.

"Alhamdulillah. Semua rezeki sumbernya dari Allah." Begitu ungkap Imran dengan rendah hati.

Hari itu, Diman mendapat jamuan istimewa dari sang sahabat. Mereka bercengkrama mengenang masa-masa susah kala bersama dahulu. Diman sangat senang melihat keadaan Imran sekarang. Meskipun Imran sudah menjadi seorang yang kaya raya, tetapi sifat ramah serta bersahajanya tak pernah lekang karena perubahan. Satu lagi yang menjadi penilaian Diman adalah Imran tak pernah berbangga hati akan kehidupannya yang telah bergelimang harta.

Di tengah-tengah suasana santai bersenda gurau, datanglah seorang putra Imran dengan sopan. Usianya sekitar sembilan tahun. Menyaksikan adab anak tersebut, Diman terpesona. Anak itu sungguh santun layaknya anak berpendidikan. Bicaranya pun lembut dengan bahasa yang halus. Bukan hanya itu, wajahnya tampan, putih, bersih, dan bersinar. Sungguh menawan. Rambutnya hitam mengilap. Penampilannya membuat setiap mata terpana dengan pandangan berbinar. Diman yakin, jika kelak anak itu dewasa tentu akan banyak wanita yang jatuh hati padanya.

“Ini Saleh, putraku yang pertama, masih bersekolah kelas lima sekolah dasar. Adiknya Saleha, usianya masih empat tahun, ada bersama ibunya sekarang,” Imran memperkenalkan putra-putrinya kepada Diman.

Melihat sosok putra Imran dan membandingkannya dengan sahabatnya sendiri, Diman pun menduga, pastilah ibunya berasal dari keturunan yang sangat cantik, cerdas, dan halus budi. Diman tercenung dan kagum.

Terucap kalimat dari mulut Diman, "Anak yang sangat menawan. Pastilah ibunya seperti bidadari dari surga."

Imran diam mendengar pujian Diman. Beberapa saat kemudian, dia menceritakan sesuatu yang mencengangkan tamunya itu.

"Aku akan bercerita tentang ibunya," ujar Imran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline