Lihat ke Halaman Asli

Saling Memaafkan, Yuuk...

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“ MAAF ”

Sebuah kata yang terdiri dari 4 huruf. Terlihat sederhana, namun sulit tuk mengucapkannya, apalagi jika harus diucapkan dengan sepenuh hati – dengan penuh perasaan tulus.

Apa sih arti yang dikandung oleh kata MAAF ?

Maaf adalah kata kerja, artinya : memberi ampun atas kesalahan orang lain, dan tidak menganggap lagi kesalahan tersebut.

Menjelang Ramadhan ini, kata MAAF sedang populer digunakan untuk menyatakan permohonan ampunan atas kesalahan. Tertulis dalam SMS / email menyambut kedatangannya. Sangat familiar kan ?

Namun, dapatkah kita membedakan mana ucapan maaf yang tulus dan mana ucapan maaf yang basa-basi, sekedar formalitas atau sekedar ikut-ikutan layaknya trend. Berindah-indah kata. Yah, tak usah ambil pusing dengan pertanyaan tersebut.

Yang paling utama adalah :

Dapatkah saya berbesar hati meminta maaf atas kesalahan yang telah saya perbuat ? Dan dapatkah saya memaafkan kesalahan orang lain dengan tulus ?

Dengan demikian, pada saat kata "maaf" keluar dari bibir, itu bukan sekedar permohonan, melainkan memastikan bahwa di hati dan di pikiran kita telah hilang perasaan marah, telah musnah perasaan menyalahkan, atau tuntutan terhadap seseorang. Itulah pernyataan maaf yang setulus hati.

Percayalah, setelah itu pintu silaturahmi dan semangat saling mendukung, saling menghormati, termasuk kerjasama tim akan meningkat kualitasnya. Kalau setelah mengucapkan atau memberi maaf, lalu pikiran masih mengingat-ingat kesalahan orang lain, itu berarti ucapan maaf yang basa-basi. Percayalah, itu tidak ada gunanya.

Apakah memaafkan itu harus ?

Mari kita perhatikan hukum sebab akibat atau sering disebut juga hukum kekekalan energi, yang menegaskan bahwa siapa yang menanam akan menuai, dan energi yang dipancarkan itu kekal walau mungkin berubah wujud. Artinya, siapa yang menanam atau mengeluarkan energi negatif dalam bentuk : marah, dendam, benci, sakit hati, permusuhan, dia akan mendapatkan kembali hal-hal destruktif itu dalam jumlah yang lebih. SungguhMenyakitkan!

Sebaliknya, siapa yang menanam atau mengeluarkan energi positif dalam bentuk : sukacita, damai, riang-gembira dan memaafkan, dia akan menuai dan mendapatkan kembali hal-hal yang konstruktif itu dalam jumlah yang lebih. Betapa Membahagiakan!

Mereka yang dengan tulus mengucapkan maaf, yang dengan tulus memberi maaf, adalah mereka yang memiliki energi positif, yang mengakui bahwa dirinya adalah ciptaan Sang Maha Kuasa. Sebagai makhluk-Nya, yang tak lepas dari alpa dan khilaf. Sekarang, marilah kita ulurkan tangan dengan kejernihan hati dan ketulusan jiwa, mengucapkan :

Mohon Maaf Lahir dan Batin

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA

Semoga puasa kita berjalan lancar dan diterima di sisi Allah Swt, amin.

sumber gambar : dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline