Geez . . . Macet !!! Nggak usah heranlah, bukankah sudah makanan sehari-hari warga ibukota ? Tiga pekan terakhir ini semakin parah saja kemacetan lalu-lintas di sepanjang jalan dari rumah ke kantor, begitu pula sebaliknya. Di pagi hari, serempak semua orang yang bekerja keluar dari daerah sekitaran tempat tinggalku. Kemacetan tak terelakkan. Mau tak mau, aku yang pengguna setia angkutan umum terpaksa merogoh kocek lebih dalam untuk naik ojek. Daripada kehilangan uang makan hari ini gara-gara telat sampai di kantor, mending buat bayar naik ojek yang tak seberapa, toh belum sampai menyentuh titik BEP (Break Event Point). Halah, naik ojek aja pake hitung-hitungan BEP ? Hehe. Parahnya, dalam sepekan lebih sering naik ojek nih. Abisnya, macet kan nggak bisa diperhitungkan, apalagi titik macet yang dilalui ada beberapa. Berangkat lebih pagi pun tak mungkin. Maklum, anggota keluarga di rumah semuanya punya aktivitas keluar rumah dari pagi. Jadi, gantian memakai kamar mandi deh. Jatahku yang paling bolit, hehe. Dari rumah ke kantor harus 3x berganti angkutan. Total jarak keseluruhan sekitar 9 KM. Aku sih naik ojeknya setelah turun dari angkot yang kali kedua, biar nggak terlampau mahal bayar ojeknya. Itulah caraku menyiasati agar nggak telat sampai di kantor. Jangan sampai karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Gara-gara telat dikit, rusak mata pencaharian. Tempatku bekerja memberlakukan jika seorang karyawan terlambat selama 30 menit (akumulasi dalam sebulan), maka hilang allowance bulanan yang nilainya ratusan ribu. Berabe kan ? Kemacetan saat pulang kerja tak seberapa masalah bagiku, tak ada yang dikejar ini. Lumayan bisa tidur di bus atau angkot. Tapi, kemacetan dua minggu lalu yang kualami parah banget !!! Gila aja, pejalan kaki sampai macet jalan juga alias diam di tempat. Bayangin, nggak ada celah tuk melangkah. Setiap jengkal aspal dan tanah, sampai ke pinggir got pun motor merangsek masuk. Aduh biyung !!! Benar-benar hari yang tak menyenangkan. Dari kantor semula milih pulang naik Metro Mini lewat Jl.RE. Martadinata, namun sampai di rel KA Jl.Baru, penumpang diturunkan. Mobil hendak berbalik arah. Parahnya, di saat yang sama sebanyak 5 Metro Mini melakukan hal serupa. Tak ada satupun Metro Mini yang mau ke Terminal, gara-gara sederet kendaraan sudah stuck di situ. Aku pun akhirnya naik Kopaja ke arah sebaliknya, kembali ke arah kantor. Dan memilih pulang lewat jalur Timur untuk menuju rumah, ketimbang bermacet-macet di jalur Utara. Kenyataannya . . . tak jauh dari kantor pun terjebak macet, kemacetan terus berlanjut sampai Permai (Plaza Koja). Kopaja yang harusnya berputar di Pool-Plumpang, tak bisa karena akses jalan ditutup oleh polisi. Mau tak mau, jalan memutar di Permai. Saat berbalik arah itu pun langsung disambut macet lagi menuju Plumpang. Ugh, mending turun di Permai aja, deh ! Jalan kaki menuju Pasar Rawa Badak, oalah macet juga di jalan dalam ini. Sampai pejalan kaki nggak kebagian tempat. Aku yang terlanjur berjalan di kerumunan motor, bingung mencari celah. Pejalan kaki pun ikutan macet, bo !!! Kepalaku sudah pusing berat, nggak sanggup naik angkot 1x lagi menuju rumah. Kutelepon Ayahku, minta dijemput naik motor. Ampun deh, biasanya perjalanan pulangku hanya berdurasi 30 menit s/d 1 jam maksimal, kini berdurasi 2 jam. Adikku yang tiba di rumah jam 21.30 wib pun mengatakan bahwa jalanan yang kulalui tadi masih macet. Wuidih, parah banget yaks ?! Kutandai, di Priok sini kalau Kamis-Jumat sore emang macet banget. Rombongan trailer dengan container mendominasi jalan raya. Untunglah, sore tadi tak separah cerita di atas, walau tetap macet dan berdurasi 2 jam untuk bisa tiba di rumah. Capek macet, makan pempek dulu aakh . . . Begitu turun dari angkot yang kali kedua di Jl.Manggar, aku menuju kedai Pempek di Jl.Mangga. Masih 1x naik angkot lagi untuk pulang. Biarlah, toh rumahku nggak akan ke mana, dia pasti tak keberatan jika aku makan pempek dulu. Kedainya sepi. Aku satu-satunya yang sedang makan di situ. Letak kedai yang di sudut jalan dengan sisi kanan bangunan dan bagian depannya dipasangi kaca. Membuatku serasa berada di dalam akuarium dengan penerangan yang cukup. Aku leluasa melihat orang dan kendaraan lalu-lalang, dari tempatku duduk. Aku memesan seporsi pempek kapal selam + segelas jus durian, mantaaab !!! Rasanya aajiiib. Selagi aku menikmati santapan ini, kusempatkan memotret. Mumpung si abang penjualnya lagi asyik main hp. Nih, dia foto-fotonya. Met makan, sluuurp . . . [caption id="attachment_210815" align="aligncenter" width="300" caption="Segelas jus durian & seporsi pempek sebagai penawar capek karena macet"][/caption] [caption id="attachment_210818" align="aligncenter" width="225" caption="Ada tulisan : "Maaf...Di sini ngamen GRATIS""][/caption] Wah, baru terlintas ide bayar pempek en jus duriannya dengan mengamen aja. Eh, nggak taunya udah ada tulisan : "Maaf...di sini ngamen GRATIS." U-uh, abangnya tau aja sih ?! Apa sering yang bayar makan en minumnya pakai ngamen, yak ? Huahaha, just kidding. Mungkin akan lebih asyik kalau tulisannya berbunyi : "Maaf...di sini makan & minum GRATIS." Tapi disertai tanda bintang plus tulisan dengan font kecil, "Syarat & ketentuan berlaku." Syaratnya : jika Anda wanita, bersedia dijadikan istri. Jika anda pria, bersedia dijadikan pembantu tanpa bayaran uang, tapi boleh makan & minum gratis. Nah, loh ?! Makin ngaco, deh. Huehehe . . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H