Lihat ke Halaman Asli

Jelajah Kota Tua

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir pekan telah tiba !

 

 

Di saat liburan telah tiba, tentu saja kita ingin berlibur. Membunuh jenuh, melepas rutinitas. Namun, manakala uang sedang pas-pasantapi kaki tetap ingin melangkah. Mata ingin dimanja, tak melulu melototin TV atau majalah. Jiwa ingin dibasuh oleh pengalaman. Pikiran merindu Segara Wawasanseluas samudera. Wisata Kota adalah solusinya.

 

 

Berikut ini adalah catatan perjalananku pada hari Minggu, 13 Juli 2008. Semoga menginspirasi Anda untuk menjelajah sejarah Kota Tua. Selamat Membaca…

  Inilah rute wisataku dalam sehari :Pelabuhan Sunda Kelapa – Menara Syahbandar – Museum Bahari  dan Pasar Ikan– Galangan Kapal VOC – Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah) – Museum Bank Indonesia – Museum Bank Mandiri – TPI (Muara Angke).  

 

  PELABUHAN SUNDA KELAPA 

Dalam perjalanan ini, kami bertiga—saya, Ayah dan adik. Kami bertolak dari rumah pukul 08.30 wib menuju Pelabuhan Sunda Kelapa – Jakarta Utara. Jarak dari rumah kami ke Pelabuhan Sunda Kelapa sekitar 10 Km. Dengan berbekal camilan & air mineral secukupnya, tak lupa bawa kamera.

 

 

 

Dua kali berganti angkutan. Tibalah kami di Pelabuhan Sunda Kelapa pada jam 09.15 wib.

[caption id="attachment_170219" align="aligncenter" width="500" caption="Pelabuhan Sunda Kelapa"][/caption]  

 

Secara geografis, pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Teluk Jakarta atau tepatnya terletak di jalan Baruna Raya No. 2 Jakarta Utara, lebih kurang 8 Km sebelah Barat pelabuhan laut Tanjung Priok. Luas area pelabuhan Sunda Kelapa adalah 631.000 m2, sedangkan luas perairannya adalah 12.090.000 m2. Alur pelabuhannya sepanjang 2 mil dan lebar 100 m2 dibatasi dengan beton.

 

 

 

Menyusuri pelabuhan Sunda Kelapa sambil memotret beberapa kapal dan aktivitas pelabuhan. Dari ujung ke ujung yang bentuknya seperti huruf U. Setelah puas, kami berteduh di sebuah lapak yang sedang tidak dipakai jualan. Letaknya di sisi jalan, berseberangan dengan sederet kapal yang sedang sandar. Sambil ngemil, kami mencermati sekeliling.

  [caption id="attachment_170220" align="aligncenter" width="330" caption="Turis Asing "][/caption]  

Ada rombongan turis asing—sekeluarga, dipandu seorang guide. Melintas di depan kami. Tak lama ada 2 orang cewek, lagi-lagi turis asing, melintas bersama seorang guide. Sejenak kemudian datang serombongan turis asing lagi, kali ini sepertinya dari travel. Rombongan ini mencoba naik ke salah satu kapal yang tertambat, melalui titian papan kayu setapak. Hohoho….sungguh berani mereka, padahal tak ada pegangan, lagipula kalau terpeleset kan mereka langsung tercebur ke laut. Fiuh….teriknya mentari menyadarkanku bahwa kini sudah pukul 10.30 wib, kami meninggalkan Pelabuhan Sunda Kelapa.

 

 

 

 

Pengen tau “Jejak Kejayaan Sunda Kelapa” ? klik di sini

 

 

 

MENARA SYAHBANDAR

Kami melangkah ke Menara Syahbandar yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Kira-kira jalan kaki cuma lima menit, dengan ritme langkah sedang. Letaknya ada di tikungan jalan, di pinggir kali, setelah jembatan. Ada di sisi kanan jalan, kalau kita dari arah Pelabuhan Sunda Kelapa. Di seberangnya ada Galangan Kapal VOC. Menara Syahbandar ini dibangun oleh VOC pada tahun 1839. Fungsinya sebagai kantor pabean atau pengumpulan pajak dari barang-barang yang diturunkan di pelabuhan dan sekaligus sebagai menara intai. Setelah pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok usai (1886), menara yang dalam bahasa Belanda disebut Uitlij sudah berkurang perannya. Sampai 1960-an di sekitar tempat inilah tanda kilometer satu Kota Jakarta, sebelum dipindahkan ke Monas.

[caption id="attachment_170224" align="aligncenter" width="211" caption="Menara Syahbandar"][/caption]

Kini, bangunan Menara Syahbandar ini agak miring akibat lalu-lalang container dan truk besar. Menara ini terdiri dari empat lantai. Saat di pintu masuk, kita sudah dihadapkan oleh tangga ke lantai atas. Namun, di sisi kiri tangga ada ruang sempit yang memajang beberapa foto kapal, mercusuar & aktivitas kepelabuhan. Di setiap pertengahan tangga antar lantai, ada sebuah lukisan di dinding yang dominan melukiskan pelabuhan & kapal. Dengan kondisi tangga kayu dimana jarak antar anak tangga tanpa penutup, maka saya harus berhati-hati melangkah, jika tak ingin tergelincir ke celah itu.

 

   

Menapaki tangga ke lantai tiga, lututku agak lemas disertai peluh di kening. Bukan, bukan karena kegerahan. Sekonyong-konyong tubuhku merasa limbung. Kupegang erat pegangan tangga. Oh, mungkinkah aku takut ketinggian ? Inikah phobia-ku yang baru kuketahui ? Olala, adikku juga merasakan hal yang sama. Setahuku, Ayahmemang phobia ketinggian. Tapi buktinya beliau biasa-biasa aja tuh,  berjalan di depan kami. Oh…oh, mungkinkah phobia itu seperti penyakit keturunan ? Dan kini, aku & adikku terserang phobia secara kolektif ? Bahkan saat kami berada di lantai tiga, saat saya hendak memotret Pelabuhan Sunda Kelapa dari salah satu jendela, merasa ada guncangan lemah seperti gempa bumi. Berulang beberapa kali. Kusampaikan ke Ayah. Beliau bilang itu hanya pengaruh gaya gravitasi terhadap ketinggian tempat kami berada. Plong ! Syukurlah, berarti apa yang kurasakan bukan gejala phobia.Hahaha…kecemasan yang berlebihan ya ?!

[caption id="attachment_164259" align="alignleft" width="300" caption="Dari Puncak Menara Syahbandar - Dok. Shy Star"][/caption]  

 

Menatap Pelabuhan Sunda Kelapa dari puncak Menara Syahbandar. Kita bisa merasakan nuansa tempo dulu, tentunya dengan sedikit berfantasi mengenang apa yang pernah terjadi ratusan tahun lalu. Di Utara terlihat kapal-kapal yang berdatangan dari berbagai tempat di Nusantara tengah bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Sejumlah pekerja tengah menurunkan kayu dari kapal.

 

 

 

 

 

 

PASAR IKAN & MUSEUM BAHARI  Museum Bahari sebenarnya pergudangan di tepi Barat ("Westzyjdsche Pakhuizen" / Gudang Tepi Barat) yang dibangun oleh pemerintah Kompeni pada 1652, yang hingga saat ini masih berdiri kokoh. Terdiri dari dua tingkat, geladak lantai dua terbuat dari kayu, begitu juga daun pintu dan jendelanya. Letaknya beberapa meter di sebelah kiri Menara Syahbandar, gedung bersejarah yang pernah menjadi gudang rempah-rempah VOC. Saat itu, gedung ini terletak di tepi laut sehingga kapal-kapal ketika mengangkut barang dapat merapat ke gudang.  

 

[caption id="attachment_164275" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Bahari "][/caption] Kini, di depan Museum ini, yang dulunya merupakan laut, terdapat Pasar Heksagon berdampingan dengan Pasar Ikan. Disebut Pasar Heksagon karena bangunannya berbentuk segi enam. Bangunan bergaya arsitektur Indische ini didirikan pada 1920. Bangunan ini dijadikan sebagai balai penelitian kelautan dan ditempatkan akuarium besar dengan berbagai jenis ikan. Di pasar ini setiap malam hingga dini hari berlangsung lelang ikan. Pembelinya para pedagang ikan dari Jakarta dan sekitarnya untuk dijual kepada para konsumen dari rumah ke rumah. Pasar Ikan dulu merupakan salah satu kawasan yang banyak didatangi oleh warga Jakarta untuk rekreasi, terutama di hari libur. Mereka datang ke tempat ini dengan naik trem listrik yang kala itu merupakan angkutan umum utama di Jakarta.

 

 

 

 

Kenapa penulisan Pasar Ikan dan Museum Bahari saya gabungkan ? Karena sebenarnya kedua destinasi tersebut berada di satu lokasi, saling berhadapan. Pasar Ikan ini memanjang di sisi kanan & Museum Bahari di sisi kiri jalan. Di pasar ini ada beberapa toko yang jual alat-alat pancing, caping, congklak, bahkan rebana. Yah, hanya sebatas jalan menuju pintu masuk Museum Bahari saja.

 

 

 

Biaya masuk Museum Rp 2.000 / orang. Wuih, lagi-lagi ketemu sama turis-turis yang tadi di Pelabuhan Sunda Kelapa. Di museum ini banyak dipamerkan replika kapal / perahu dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada replika kapal VOC. Ternyata, ada beberapa perahu asli juga loh ?! Tentunya dengan ukuran yang sebenarnya. Di antaranya ada perahu bercadik satu khas daerah Indonesia bagian Timur. Favoritku adalah Phinisi Nusantara dengan tiga layar & perahu Lancang Kuning yang cantik.

 

[caption id="attachment_164914" align="aligncenter" width="300" caption="Perahu Lancang Kuning"][/caption] Selain itu, ada keterangan tentang hasil bumi masing-masing propinsi di Indonesia, hasil laut seperti ikan & kerang-kerangan. Ikan-ikan itu diawetkan dalam air keras di stoples. Hii…aku nggak mau liat, nggak tega sekaligus jijik. Ada kerang-kerangan & kura-kura yang diawetkan juga. Ada replika ikan duyung. Ada replika mercusuar setinggi tiga meter. Ada maket Pulau Onrust yang indah. Ada sejarah kedatangan Portugis & Belanda di Indonesia, lengkap dengan ilustrasi dalam lukisan & tokohnya. Wow…ada lukisan kedatangan orang Belanda di Pelabuhan Tanjung Priok pada abad ke-19. Fiuh…luas banget ternyata gedung berlantai dua ini. Jam telah menunjukkan pukul 12.30 wib. It’s time for lunch !

 

 

GALANGAN KAPAL VOC

 

Galangan Kapal VOC

  After lunch, kami menyeberang ke Jl.Kakap.Dimana Galangan Kapal VOC berada. Letaknya di sebelah Selatan pelabuhan Sunda Kelapa. Namun, bangunan ini sudah dialihfungsikan sebagai sekolah musik & restoran Cina. Jadi, kami meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki menuju tempat ngetem Mikrolet, dimana terdapat Jembatan Pasar Ayam (Sunda Kelapa). Jauh juga sih, mana panas pula. Heheh…olahraga di siang hari,nih.     

 

 

JEMBATAN PASAR AYAM(SUNDA KELAPA)  Kira-kira 300 meter dari Menara Syahbandar, ke arah Selatan. Kita akan mendapati jembatan tua yang pada masa VOC disebut Jembatan Pasar Ayam (Hoenderpasarbrug). Kenapa namanya Jembatan Pasar Ayam ? karena ratusan tahun lalu menjadi tempat ngumpulnya kupu-kupu malam mencari mangsa laki-laki hidung belang.

  [caption id="attachment_164280" align="aligncenter" width="300" caption="Jembatan Pasar Ayam"][/caption]  

Penasaran, pengen ngeliat dari dekat.Seperti apa sih, rupa si jembatan yang terkenal itu ? Tiang-tiangnya dari kayu bercat merah. Dulunya sih, jembatan ini dapat dinaik turunkan.Kemudian dikerek sehingga terlipat ke sisi sungai, agar kapal dapat melintas. Sekarang ? Sudah nggak dipakai, tuh. Dari sini, kami lanjut jalan kaki lagi ke Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah).

 

MUSEUM SEJARAH JAKARTA (MUSEUM FATAHILLAH)

Nah, ini sih kunjunganku kedua di museum ini. Dulu waktu masih kelas 5 SD (sekitar tahun 90-an), sudah pernah kesini. Isinya ?Ya, tentang sejarah Jakarta dunk. Batu-batu prasasti yang ditemukan di sekitar Jakarta. Kebudayaan Jakarta, seperti ondel-ondel. Bahkan ada becak & warung rokok pinggir jalan segala, lengkap dengan barang dagangannya : rokok, krupuk kaleng, snack, box pendingin minuman.

  [caption id="attachment_164281" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Fatahillah - Dok. Shy Star"][/caption]  

Saya kurang begitu antusias di tempat ini, mungkin karena sudah pernah berkunjung kesini kali ya? Jadi, rasa ingin tahuku kurang. Hanya tumpukan balok-balok besar yang lapuk, teronggok di salah satu sudut halaman belakang, menggugah keingintahuanku. Untuk apa balok-balok itu ada disana ? Tak ada unsur keindahannya sama sekali, mengganggu pemandangan saja. Kumendekat.

 

 

 

Ada papan keterangan disana, bahwa balok-balok itu telah tertanam selama seabad di bawah tanah alun-alun kota lama. Ditemukan saat pembuatan terowongan bawah tanah untuk jalan pengguna Trans Jakarta di Stasiun Kota. Ternyata, tampilan dari jauh seolah balok-balok itu telah lapuk. Namun, saat disentuhbalok-balok itu masih kuat & liat. Setelah puas berkeliling, kami berjalan kaki lagi menuju museum Bank Indonesia.

  MUSEUM BANK INDONESIA

Pukul 15.00 wib.Kami tiba di museum Bank Indonesia, letaknya diseberang Stasiun Kota. Wah, interiornya indah sekali….Asyik, gratis pula ! Masuk kesini,tas & jaket harus dititipkan di tempat penitipan barang. Walaupun gratis, tapi tiap pengunjung diberi tiket masuk & wajib isi buku pengunjung.

  [caption id="attachment_164283" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Bank Indonesia"][/caption]  

Sebelum masuk ke ruang pamerannya, ada komputer dengan touchscreen yang berisikan informasi tentang museum ini. Mulai dari arsitekturnya, sejarah pendiriannya, dsb. Sedangkan pintu masuk ke ruang pamernya, tak jauh dari situ.Begitu masuk, kita akan disambut dengan “hujan duit” logam, hehehe….seru kan ?!Tapi hujan duit hologram kok, jadi nggak perlu khawatir benjol-benjol kepalanya. Yang dimaksud hujan duit hologram adalah ruangannya disetting gelap gulita, terus hujan duitnya diproyeksikan dari semacam proyektor ke dinding.

 

 

 

Oke, lanjut !Di ruangan berikutnya, baru deh kita bisa ngeliat sejarah uang di dunia. Dan di dalam ruangan khusus, ada aneka uang dari jaman dulu (hehelupa, koleksinya dari uang tahun berapa aja ya?) s/d yang sekarang. Yang dominanyah koleksi mata uang Indonesia lah. Ada uang yang aneh bentuknya loh, terbuat dari tenunan yang ditenun oleh putri raja.Bentuknya abstrak seperti bentuk pulau, entah bentuknya itu mengikuti bentuk pulau asalnya atau bukan.Tapi yang pasti, uang tersebut dipakai di Pulau Buton. Lebih asyik kalau liat sendiri, deh !

  MUSEUM BANK MANDIRI   [caption id="attachment_164288" align="aligncenter" width="500" caption="Museum Bank Mandiri"][/caption]

Waktu di pintu keluar museum Bank Indonesia, kami disarankan untuk sekalian berkunjung ke museum Bank Mandiri yang ternyata bersebelahan dengan museum Bank Indonesia. Berhubung masih ada waktu 30 menit, maka kami putuskan untuk mendatanginya. Tiket masuknya Rp 2.000/orang.Disini, tas harus dititipkan di tempat penitipan barang. Wow…besar sekali bank ini. Tak terbayangkan bagaimana aktivitasnya dulu saat masih dioperasionalkan. Disini ada banyak alat-alat kerja perbankan yang kuno, bahkan mesin ATM model lama juga ada. Berhubung jam 16.00 wib museum ditutup, maka kami harus segera keluar.

    TPI – MUARA ANGKE  Setelah keluar dari museum Bank Mandiri, kami bertanya rute bus menuju Muara Angke pada pedagang asongan di depan gedung museum. Tak berapa lama, kami mendapati mini bus berwarna biru yang akan membawa kami ke Pluit. Sesampainya di Pluit, kami harus berganti kendaraan untuk sampai ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Muara Angke. Dengan menaiki sebuah angkot berwarna merah kami tiba di TPI – Muara Angke.   

[caption id="attachment_170188" align="aligncenter" width="300" caption="TPI - Muara Angke"][/caption]

Wuih, banyak sekali pedagang ikan disini ! Bukan hanya aneka ikan yang dijajakan, tapi juga ada cumi-cumi mulai dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Kijing (kerang ijo), kerang dara, kepiting, rajungan, dsb. Menyusuri jalan menuju dermaga yang di kanan-kirinya dipenuhi oleh pedagang ikan dan otak-otak ikan, hmm…mendapati sedapnya aroma daun pisang pembungkus otak-otak yang terbakar bercampur dengan bau ikan asin dan bau amis ikan segar, merupakan sensasi tersendiri.

  [caption id="attachment_164917" align="aligncenter" width="300" caption="Dermaga Muara Angke - Dok.Shy Star"][/caption]  

Oh ternyata, disini tepi pantainya tidak berpasir melainkan batu bersemen. Jadi, kalau ada ombak yang menghantam dinding batu itu, air laut akan terciprat ke darat. Ramai juga orang-orang berkerumun di tepi dermaga.

 

 

 

Saat kami tiba disini, ada sebuah kapal yang sedang membongkar hasil melautnya. Mereka mengeluarkan berpeti-peti cumi yang telah dibekukan.Lalu langsung ditimbang di tepi dermaga, pakai timbangan gantung dengan pengait. Setelah ditimbang, cumi-cumi itu dinaikkan ke atas gerobak panjang (seperti gerobak pengangkut air jerigenan) untuk dibawa ke TPI.

  [caption id="attachment_164920" align="aligncenter" width="300" caption="Kapal yang baru sandar di Muara Angke - Dok.Shy star"][/caption]  

Kami juga sempat bertanya pada pemuda setempat perihal bagaimana kalau kami ingin menyeberang ke Kepulauan Seribu. Karena banyak perahu penumpang disana, dengan tujuan ke beberapa pulau di Kepulauan Seribu. Tapi karena hari telah senja, pukul 17.30 wib, kami putuskan untuk pulang.  

 

Sampai di rumah jam 19.30 wib. Wuih, dalam rentang pukul 08.30 – 19.30  wib, kami mendapat perjalanan seru.Capekkah ? Ya nggaklah ! Puassssssss

 

 

 

 

 

Sumber foto di luar dokumen pribadi :

 

Pelabuhan Sunda Kelapa

http://farm3.static.flickr.com/2080/2126043710_6cd57d5a7a.jpg

Turis Asing

http://www.mediaindonesia.com/spaw/uploads/images/article/image/20090518_124732_sunda.jpg

 

Menara Syahbandar

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:0nv44hDggZ265M::indahnesia.com/Images/Information/JAK/JAK_sunda_kelapa_watchtower.jpg&t=1&h=258&w=195&usg=__saHZF3p3PVB24G37rXapNTRj3Co=

 

Museum Bahari

http://suryotomo.files.wordpress.com/2009/02/p2150069.jpg

 

Perahu Lancang Kuning

http://4.bp.blogspot.com/_HE4qjq0f3k0/SeMfJffVFaI/AAAAAAAAAHA/8li1MnqGQto/s1600/Perahu%

 

Galangan Kapal VOC

http://www.jakarta.go.id/v70/images/stories/gedong_voc_pasarikan.jpg

 

Jembatan Pasar Ayam

http://image03.webshots.com/3/1/19/38/2430119380083268966tdnfxc_ph.jpg

 

Museum Bank Indonesia

http://2.bp.blogspot.com/_HE4qjq0f3k0/SmnkfPJe8bI/AAAAAAAAAjY/p_V5rslGffg/s400/Gedung+Museum+Bank+Indonesia+-+Depan.JPG

 

Museum Bank Mandiri

http://www.1ponticom.biz/Indonesia/Jakarta/Touristattraction/mbm/images/building%20in%202004.jpg

 

Muara Angke

http://219.83.122.194/web/images/stories/ikan-muara-angke1.jpg

Catatan perjalanan Shy Star lainnya :

Kisah Perjalanan dari Belitung (1) : Bertemu Jupe

Kisah Perjalanan dari Belitung (2) : Barat ke Timur & Societeit de Limpai

Kisah Perjalanan dari Belitung (3) : Ke Rumah Andrea Hirata & Sekolah Laskar Pelangi

Kisah Perjalanan dari Belitung (4) : Bertemu Tokoh Mahar Asli

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline