Lihat ke Halaman Asli

Shulhan Rumaru

TERVERIFIKASI

Penikmat Aksara

Mufakat Perlu Meneladani Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar

Diperbarui: 26 Februari 2016   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bupati Abdul Bukti Keliobas dan Wakil Bupati Fachri Husni Alkatiri | Gambar diadopsi dari http://www.rakyatmaluku.com/kontak-kami/"][/caption]Halo Basudara... Sebagai warga SBT yang baik, saya turut mengucapkan selamat kepada Bapak Bupati Abdul Mukti Keliobas dan Wakil Bupati Fachri Husni Alkatiri yang secara resmi mulai bertugas pertama kali di hari ini.

Nah, bicara masa kerja hari pertama, tentu basudara ingat 'kan, salah satu penggalan pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq yang teramat sangat terkenal saat bertugas di hari pertama sebagai Khalifah Islam kala itu?

Khalifah Abu Bakar berkata: "Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin, bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semua. Untuk itu, jika aku berbuat baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku."

Khalifah Abu Bakar menunjukkan bahwa seorang pemimpin haruslah asketis (shaleh), populis, dekat dengan rakyat, terbuka dengan kritik dan saran, cerdas membuat keputusan dan cekatan bertindak. Khalifah Abu Bakar tidak mengambil jarak dengan rakyat, bahkan saban hari rakyat bisa menjumpai khalifah di kantornya, Masjid Nabawi.

Jangan ditanya, keseharian Khalifah Abu Bakar sangatlah sederhana meski beliau kaya raya. Kursi beliau di kantor, terbuat dari tumpukan pasir putih dan kerikil-kerikil kecil yang biasa diduduki Rasulullah SAW sebelumnya (lesehan). Namun, dari kursi yang teramat sederhana itu, Abu Bakar mampu memimpin Umat Islam, melakukan ekspansi dan dakwah Islam hingga menaklukkan Persia dan Roma di bawah panglima perangnya Khalid Bin Al-Walid.

[caption caption="Pidato Perdana Bupati Kab. SBT, Maluku | Foto milik Iful Rumodar dari Group Gumumae SBT."]

[/caption]

Lalu, bagaimana dengan pemimpin kekinian? Dalam konteks Kabupaten Seram Bagian Timur (Kab. SBT) yakni Bupati dan Wakil Bupati pun sangat perlu meneladani sikap Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Menurut saya, dalam periode transisi kepemimpinan saat ini, pemimpin SBT harus pandai mengelola situasi, baik opini publik yang berseliweran maupun persoalan penempatan pejabat di bawahnya.

Menyoal opini publik, Abu Bakar kala itu dibenturkan dengan riuhnya pengangkatan khalifah dari masing-masing suku Arab, terutama Kaum Muhajirin vs Kaum Anshar. Bahkan, sempat ada yang tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan nyaris membuat Islam kembali pecah-belah.

Tapi, karena kelihaian dan kecerdasan Abu Bakar yang kala itu didampingi Umar Bin Khattab, keduanya mampu berkonsolidasi ke berbagai kelompok/suku, merangkul semua kepentingan suku-suku demi kebersatuan umat Islam. Di sini, ada satu poin penting yakni pasca pengangkatannya, Abu Bakar kembali melerai ketegangan publik yang memiliki subjektivitas keberpihakan. Umat Islam dibuat kembali mencair dalam satu panji kekhalifahan, Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Secara historis, masalah pemipmin SBT sekarang pun tak jauh beda dari persoalan Khalifah Abu Bakar. Sudah rahasia umum bukan? Saat pemilu, banyak basudara di kampung yang tidak kenal satu sama lain, baku marah kiri kanan karena beda dukungan, bahkan pasca penetapan pun masih banyak yang "baku jaga" alias cari-cari kesalahan sesama warga.

Tentunya, ini persoalan mendasar dan krusial. Bila tanan sosial masyarakat SBT rusak pasca pemilihan, maka pemimpin harus mau membenahi, menata ulang sistem sosial yang terlerai akibat pemilu. Jangan sampai, setelah menjabat, rakyat dilupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline