Lihat ke Halaman Asli

Menata Hati

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

kadang, bukan kadang bahkan sering, perasaan kita tersakiti oleh orang2 di sekitar kita...seorang musuh mungkin memberi kita kejutan dengan kata-kata yang pedas, tapi kita selalu siap untuk menerimanya..

tapi jika kata-kata itu berasal dari orang yang dekat di hati kita, atau pernah dekat, efeknya akan terasa sangat lain...maka benarlah pepatah yang mengatakan, lidah lebih tajam dari pedang, karena dia bukan hanya mengiris kulit yang mudah sembuh, tapi mengiris hati yang bahkan tidak kasat mata. kalaupun lukanya tidak terlihat, tapi nyerinya menembus segala lapisan terdalam jaringan di seluruh tubuh

tapi, ternyata, hati juga punya kemampuan recovery yang menakjubkan....baik itu hati yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata....untuk hati yang kasat mata, batas kerusakan bisa ditolerir sejauh 70% (artinya, kalau masih tersisa 30% yang sehat, tidak masalah, dia masih dapat berfungsi sambil berproses untuk memperbaiki sel-sel temannya), tapi dia terbentur oleh masa (karena dia bersifat fisik, jadi terikat secara fisik juga)...untuk yang tidak kasat mata, tidak bersifat fisik, jadi tidak terikat secara fisik, maka kemampuannya lebih dari menakjubkan

MAHA KUASA ALLAH....ruhNYA mampu memberikan obat yang sangat mujarab untuk setiap kepedihan yang menyentuh hati manusia...tentu saja itu selama manusia menyadari potensi ruh yang dimilikinya... kesabaran mungkin bersifat genetik, tapi faktor lingkungan rupanya sangat memengaruhi kemampuan seseorang menata hatinya yang pedih...bagi yang tidak beruntung membawa sifat kesabaran dari lahir, harus banyak belajar dari lingkungannya, entah berlajar dari orang-orang yang beruntung tadi, atau membaca dari buku-buku religius-spiritual, atau sering-sering menyebut Asma ALLAH dan membaca kitabnya (sudah tentu ALquran buat anda yang muslim), dan memohon kepada yang Maha Kuasa Membolak-balik Hati, agar diberi ketabahan untuk menangkup beban kepedihan yang terjerat dalam hatinya, dan diberi kesanggupan untuk tidak membiarkan kerusakan hatinya bertambah parah dengan menyimpan niat buruk untuk membalas kepedihan yang dirasakan...

hati ternyata juga memiliki kemampuan untuk menggerakkan tangan seseorang untuk menulis (seperti yang saya lakukan sekarang)....tapi, itu bukan berarti saya orang yang pandai menata hati, karena sesungguhnya, saya pun tengah berjuang -hingga ruh penghabisan yang tersisa dalam tubuh- untuk bisa menaklukkan segala kepedihan yang merasuk karena ketidak-sanggupan menerima rangkaian kata yang menghujam hingga ke sudut terujung yang bisa dijangkau perasaan manusiawiku, dan menimbulkan luka perih dan naik merambat menceceri pikiran..

tapi itulah manusia, disebut demikian karena dia makhluk yang mau belajar...dan rasanya saya masih berstatus manusia hingga kini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline