Lihat ke Halaman Asli

Cepat atau Lambat, Indonesia Butuh PLTN

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

JAKARTA - Di tengah gonjang-ganjing isu krisis energi, Indonesia termasuk negara yang mengalami dampak ekonomi akibat meningkatnya harga minyak bumi. Indonesia termasuk menjadi negara yang bergantung pada impor minyak bumi.


"Praktis, subsidi BBM akan semakin memberatkan APBN," ujar Ahmad Shofiul Widad Azzaki kepada wartawan, Jum'at (25/3/2011).


Di tengah ributnya para politisi melakukan retorika-retorika politik energi, masyarakat semakin melarat dengan makin mahalnya harga BBM. "Terbukti makin banyaknya para nelayan yang tidak lagi melakukan aktifitasnya akibat tidak mampu membeli solar," kata dia.


Sementara itu distribusi listrik PLN juga ikut tersendat akibat mahalnya harga BBM. Energi nuklir merupakan sebuah terobosan energi alternatif untuk Indonesia. Negara kita memang ketinggalan dalam urusan pembangunan PLTN. Bandingkan dengan Jepang sebagai korban bom nuklir yang memiliki 30-an PLTN untuk mengamankan 30-40% pasokan energi listriknya.


Misalnya, Amerika Serikat yang memiliki 50-an PLTN, dan hampir di setiap negara Eropa memiliki PLTN. Di Asia baru beberapa negara yang memiliki PLTN, yaitu RRC, India, Pakistan, Iran, Irak, Israel, dan Jepang.


"Cepat atau lambat, Indonesia tetap membutuhkan PLTN, hanya saja PLTN dibangun harus atas dasar kebutuhan energi, bukan karena mengabulkan keinginan para investor," pungkasnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline