Lihat ke Halaman Asli

Sherine Aryu

Mahasiswa

Alunan Gamelan Pewayangan: Musik yang Menemani Para Dalang Sampai Akhir

Diperbarui: 13 Desember 2023   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada 24 September 2023, Ki Kasmin G yang merupakan dalang wayang kulit gaya Surakarta menggelar pagelaran wayang kulit di Ruang Pergelaran Museum Wayang, Jakarta. Pementasan yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut mengambil lakon "Gathutkaca Wisuda" dengan diiringi gamelan khas Surakarta.

Sesuai tradisi turun temurun dalam seni pedalangan Jawa, tabuhan gamelan mengalun tanpa henti mengiringi suara Ki Kasmin G memerankan para tokoh wayang sejak awal hingga akhir pertunjukan. Bahkan beberapa menit setelah Ki Kasmin G menutup kelir tanda usainya pementasan, alunan gamelan masih terdengar sebelum benar-benar diakhiri oleh para pengrawit.

Tradisi gamelan tanpa akhir dalam seni pertunjukan wayang kulit gaya Surakarta ini telah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Konon tradisi ini merupakan sikap rasa hormat serta penghargaan masyarakat Jawa kepada para leluhur dan roh halus yang dipercaya turut menonton jalannya pementasan wayang.

Alunan gamelan dipercaya sebagai sarana transportasi bagi roh-roh gaib tersebut untuk datang dari alam mereka ke tempat pementasan wayang dan kembali lagi dengan selamat setelah pertunjukan selesai. Maka dari itu, tabuhan gamelan tidak boleh berhenti sebelum waktunya karena dikhawatirkan para roh tersesat jalan pulang.

Terdapat beberapa landasan teori yang semakin memperkuat pemaknaan filosofis di balik tradisi gamelan tanpa akhir dalam pementasan wayang kulit gaya Surakarta, di antaranya:

  • Penelitian Raharja (2018) mengungkap bahwa gamelan berperan sebagai pemandu perjalanan spiritual baik bagi roh halus maupun penonton wayang.
  • Atmojo (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa gamelan membawa energi positif yang dipercaya sanggup menghalau energi-energi jahat yang berpotensi mengganggu jalannya pementasan.
  • Warsih (2021) melalui risetnya membuktikan bahwa dengan mendengarkan tabuhan gamelan, manusia bisa merasakan ketenangan batin dan ketentraman jiwa.

Jadi dapat disimpulkan, tradisi tanpa henti tabuhan gamelan pengiring pertunjukan wayang kulit gaya Surakarta bukanlah aturan main semata yang tak boleh dilanggar. Lebih dari sekadar itu, tradisi ini mengandung nilai-nilai religi, spiritual, dan terapeutik bagi yang mendengarnya sehingga patut untuk terus dijaga kelestariannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline