Lihat ke Halaman Asli

SHOVY MUTIARA

STIAMAK BARUNAWATI SURABAYA

Bersyukur, Bahagia dan Sehatku

Diperbarui: 14 Januari 2021   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi

Sebenarnya apakah berkaitan antara motivasi dengan kebutuhan ? Tentu sangat berkaitan karena seseorang jika melakukan aktivitas pasti didorong dengan adanya kebutuhan baik kebutuhan psikologis maupun biologis. Menurut teori hierarki kebutuhan milik Abraham Maslow, setiap diri manusia terdapat hierarki dalam 5 (lima) kebutuhan yaitu fisiologis (rasa haus, lapar, seksual dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan dan persahabatan), panghargaan (penghargaan faktor internal dan eksternal) dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang dan pemenuhan diri sendiri).

Pada dasarnya seseorang akan melakukan sesuatu apabila mereka merasa butuh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa motivasi akan selalu berkaitan dengan kebutuhan. Motivasi merupakan suatu hal yang mampu mendorong dan membangkitkan semangat seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan/tujuannya. Seseorang yang sedang dalam keadaan tidak seimbang atau sedang berada pada titik lemah akan menuntut suatu kepuasan yang dibutuhkan sehingga hal seperti ini lah yang sangat membutuhkan sebuah motivasi. Menurut saya, motivasi dapat tercipta dari 2 (dua) hal yaitu dari dalam dan dari luar.

Sedikit bercerita terhadap kehidupan realita saya. Suatu ketika saya baru menyadari bahwa selama ini yang saya lakukan ialah merugikan diri sendiri yaitu dengan menuruti hawa nafsu untuk selalu makan dan makan, tiap hari rutin 3x sehari, jika ada jajan dirumah atau dikantor selalu saya makan, jika diajak teman keluar selalu makan lagi.

Setahun berjalan tak terasa badan ini semakin berat dan saya penasaran naik berapa kilogram kah semenjak saya suka makan di akhir-akhir ini? setelah timbang berat badan ternyata berat badan saya meningkat drastis. Awalnya saya tidak peduli akan hal itu karena sangat susah sekali untuk mengurangi makan ditambah lingkungan sekitar yang selalu membuat saya untuk terus makan dan makan. Apalagi masih hangat-hangatnya dapat uang hasil kerja sendiri, semakin mudah dong ngeluarin uang untuk hal yang saya sukai hehe... Namun saat karir mengatakan saya untuk pindah lokasi ke Kota Besar, saya langsung berfikir jika saya tidak bisa mengelola uang dengan baik maka saya tidak akan bisa hidup dikota besar tersebut. Apalagi ditambah dengan rencana saya yg ingin melanjutkan kuliah di STIAMAK Barunawati Surabaya. 

Dari situ saya muncul motivasi dari dalam diri saya sendiri untuk lebih pandai lagi mengatur uang. Setelah alasan satu per satu di analisa pengeluaran keuangan saya paling banyak memang untuk hangout dengan teman. Bagaimana tidak banyak, setiap hangout selalu makan, nyemil dan beli minuman. Perlahan saya mulai untuk memotivasi diri sendiri untuk diet.

Jika ada teman yang mengajak hangout saya sering menolaknya, selain karena pasti makan juga semakin tidak percaya diri dengan pakaian yang saya gunakan karena bentuk tubuh saya yang sampai saya sendiri tidak mau melihatnya. Tiap sore setelah pulang kerja mewajibkan diri sendiri untuk lari atau jika kondisi tidak memungkinkan bisa diganti dengan workout minimal 15menit tiap harinya. Ternyata dengan saya rajin berolahraga semakin membuat saya untuk tidak nafsu makan. 

Mindset yang saya tanamkan sampai saat ini adalah tidak perlu memaksakan diri untuk diet. Bersyukur, Bahagia dan Sehat itulah kuncinya. Mulailah bersyukur dengan semua yang telah terjadi pada diri kita. Mulai dari rezeki uang, kesehatan dan lingkungan sekitar. Uang yang saat ini saya pegang merupakan suatu hal yang perlu saya sedekahkan pada orang yang membutuhkannya.

Dengan saya bersyukur, membuat saya akan semakin nyaman menjalani kehidupan yang seharusnya. Semakin saya nyaman dengan keadaan, semakin saya bisa berdamai dengan keadaan. Menurut Seligman (2005:42) kebahagiaan ditandai dengan lebih banyaknya afeksi positif dibanding afeksi negatif. Oleh karena itu, kebahagiaan merupakan kondisi perasaan yang  sangat subjektif yang muncul dari dalam diri seseorang sebagai respon afeksi terhadap berbagai pengalaman kehidupannya. 

Bagi saya, pengalaman merupakan guru terbaik. Dengan pengalaman, saya mampu mengajarkan berbagai arti kehidupan yang menyebabkan saya untuk terus berbuat lebih baik dari sebelumnya. Setelah bahagia itu tercipta, tidak terasa saya mulai menyukai hal-hal yang membuat tubuh saya semakin sehat seperti olahraga setiap hari, mengatur pola makan dan mulai membiasakan berada pada lingkungan sehat. Jadi mindset nya bukan lagi menguruskan badan dengan diet tapi menyehatkan badan dengan bersyukur dan bahagia:))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline