Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Jika Kita Nanti

Diperbarui: 14 Juni 2020   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore hari ketika kaki hendak melakah menuju lobby kantor, sebuah gerakan mata yang tidak sengaja ku tangkap. Membuat hatiku seketika berdegup kencang. 

Aku tidak memikirkan nya, karena aku hanya fokus dengan jarum jam yang aku pasang di tangan kiriku. Ku percepat langkah Menuju gerbang, membuat senyum tanda sampai bertemu kembali di besok pagi kepada salah satu satpam di tempatku bekerja. 

Beberapa menit kemudian, aku melihat angkot yang mengarah kepadaku. Ku ayunkan tangan ini, tanda memberikannya isyarat agar berhenti di depanku. 

Berada di dalam angkutan umum, bersama orang yang tidak aku kenal dan ada yang menggunakan baju kerja ataupun baju kaos. Salah satu di antara mereka memanggil ku. 

"Dek, maaf? Mau numpang nanya, sekarang jam berapa ya?" ucapnya. 

"Jam 17:20 bu," jawabku sambil sedikit tersenyum dibalik masker yang ku pakai saat ini. 

Ku arah akan, mata ini menuju ke luar kaca mobil. Melihat beberapa orang sedang asik bercengkerama. Melihat seorang bapak yang sedang memboncengi seorang ibu dan anak kecil yang tepat di posisi keduanya. 

Sedikit terlintas aku memikirkan hal yang mungkin saja saat ini belum pernah aku wujudkan. 

Bagaimana rasanya, jika aku seperti mereka? 

Lulus kuliah dengan IPK Cumlaude, bekerja di perusahaan starup, mempunyai bisnis, dan setidaknya aku menjadi seorang atasan di sebuah perusahaan. 

Tapi, kembali lagi aku melihat sekitarku. Tidak banyak di antara mereka yang bisa menikmatinya dan bisa menikmati semua itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline