Kondisi perekonomian Indonesia ikut terdampak pandemi Covid-19. Tak hanya Indonesia, seluruh penjuru dunia juga ikut kena imbas. Karena itu, pemerintah mencari berbagai upaya mengantisipasi krisis dan mencari formulasi menyehatkan perekonomian.
Ditengah serangan pandemi, pekerjaan rumah pemerintah bertambah menghadapi hoaks atau kabar bohong dengan isu perbankan terancam bangkrut dan mengajak penarikan uang besar-besaran atau rush money.
Bila bank atau perbankan diserang isu rush money, hanya bank sampah yang anti dan tidak terkena isu ini. Di tengah pandemi dengan aktifitas warga yang lebih banyak dirumah, membuat bank sampah semakin menggeliat dan berkontribusi pada perekonomian masyarakat. Lebih jauh bank sampah bisa ikut berkontribusi pada perekonomian negara ini dan menjaga stabilitas keuangan.
Tidak percaya? mari ikuti ilustrasi ini. Y pengelola sebuah bank sampah di Kota Jambi memiliki sekitar 300 nasabah, atau tepatnya anggota bank sampah.
Omset bank sampah perbulan diperkirakan paling sedikit sekitar Rp 35 juta/bulan. Bank sampah menawarkan skema sampah yang ditabung uangnya bisa diambil langsung dan pilihan lainnya ditabung dengan program tabungan emas yang bekerjasama dengan institusi perbankan. Rata-rata nasabah bank sampah, memilih skema kedua.
Selain keuntungan bank sampah, dana yang terhimpun dari bank sampah semakin besar dengan menerapkan lomba dalam jangka waktu tertentu bagi nasabah. Nasabah yang menabung dan mencapai nominal emas 100 gram mendapatkan hadiah. Bayangkan besarnya dana yang terhimpun di institusi keuangan bila jumlah bank sampah di Indonesia semakin banyak dan sehat. Dana ini tentu akan membantu negara dan bisa menggerakan perekonomian.
Mengutip Kadatada, potensi ekonomi sirkular di dunia mencapai US$20 triliun atau setara Rp 293 triliun. Ekonomi sirkular yaitu berfokus pada penggunaan sumber daya yang efesien dengan mendaur maupun menggunakan ulang barang untuk kelestarian lingkungan. Salah satu bentuk ekonomi sirkular adalah bank sampah.
Bayangkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang menghasilkan banyak sampah dan belum terkelola. Dengan estimasi timbulan sampah per kapita Indonesia adalah 0,7 kg/hari atau setara dengan 65 juta ton sampah dalam satu tahun, tentu sangat menjanjikan dan sampah bisa ikut menggerakan perkonomian Indonesia.
Mengutip studi Sustainnable Waste Indonesia (SWI), masyarakat di perkotaan di Pulau Jawa menghasilkan sekitar 189 ribu ton/bulan atau 6.300 ton/hari sampah plastik , dan baru 11,83 persen atau 22 ribu ton/bulan yang dikumpulkan dan didaur ulang. 88,17 persen masih diangkut ke TPA atau berserakan di lingkungan. Kemudian bank sampah baru, 1,5 persen.
Mengutip Kementerian Lingkungan Hidup, pada Tahun 2018 bank sampah memberikan kontribusi terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7% (1.389.522 ton/tahun) dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1.484.669.825 per tahun. Keuntungan ekonomi sirkular tersebut diperoleh dari pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle).