Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Shoma

Wasis Solopos Angkatan XX

Puisi | Untuk Zaini Misrin

Diperbarui: 25 Maret 2018   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(I)
Hidupku kupasrahkan kepada roda besi.
Gas, rem, dan perangkat lain sudah jadi santapan tiap hari.
Walau kendala bahasa yang kuucapkan beda, aku tetap berusaha bekerja dari hati.

(II)
Hari-hari silih berganti,
Aku dituduh lakukan hal yang tak kuketahui.
Dipaksa mengakui,
Dibujuk bebas namun berujung bui.

(III)
Diplomasi-diplomasi ditempuh tiada henti,
Satu, dua, hingga tiga kali hukum pancung tidak jadi.
Rindu keluarga sudah jadi besi,
Makin hari makin sepi.

(IV)
Di bulan dan di tanggal yang tak seorangpun mengetahui,
Aku dihadapkan pada algojo yang mengacungkan pedang untukku mati.
Leherku ditebasnya sekali,
Darahku menyembur langit-langit Arab Saudi yang sepi.

(V)
Di liang ini,
Aku bertanya,
apa arti sebuah kejujuran di dunia ini?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline