Lihat ke Halaman Asli

Puisi - Waruga

Diperbarui: 10 November 2023   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sini, setiap kerut adalah pahatan rasa yang di Aminkan oleh masa
Dan seiring waktu, perasaan-perasaan itu menggumpal dalam kalbu
Menjelma menyerupai batu, lalu berserakan sebagai sebuah kenangan
Sebagian perasaan itu tumbuh sebagai pohon kerinduan
Yang rindang oleh hujan airmata
Namun terkadang, gemersang oleh amarah
Sebelum akhirnya daun-daunnya berguguran di halaman duka
Untuk kemudian menanti musim semi paling damba

Di sini, benturan demi benturan kerap terjadi
Tak ubahnya dinding-dinding karang, di mana-mana penuh lubang tempat butiran-butiran garam bersemayam
Kemudian membercak sebagai noda dari luka yang paling cidera
Namun karang itu cukup tangguh
Berdiri lantang di amuk gelombang
Begitu tabah, dikoyak-koyak ombak

Di sini, tempat kesunyian melebur diri
Sebagai sebuah catatan puisi
Sedang rangkaian diksinya ditambang dari bukit-bukit memori serta melankoli
Ada juga yang tenggelam ke dasar palung sanubari terdalam

Di sini, tak ada yang abadi
Semua akan kembali bermuara
Mungkin yang tersisa hanya kenangan serta nama
Yang kelak aku wariskan kepada sesiapa yang sudi mengingatnya


Gresik, 27 Maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline