Lihat ke Halaman Asli

Sholehudin A Aziz

Seorang yang ingin selalu bahagia dengan hal hal kecil dan ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk siapapun

Pabrik Fitnah Itu Bernama Hoax

Diperbarui: 9 Desember 2016   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara pribadi saya sangat bersedih sekaligus prihatin karena saat ini terdapat trend baru paska demo besar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) 212 yaitu maraknya HOAX yang menyebarluaskan berita bohong dan fitnah tentang bayak hal yang sangat mengganggu rasa kebersamaan, kedamaian dan persatuan masyarakat Indonesia yang memang ditakdirkan plural.

Hampir setiap hari, saya menerima puluhan berita HOAX yang sepertinya sengaja diproduksi oleh suatu tim atau kelompok dengan maksud-maksud tertentu. Salah satu contohnya adalah gerakan boikot produk-produk apapun yang dimiliki oleh kalangan non muslim seperti boikot Sari Roti, Indomart dan juga gerakan boikot perusahaan yang dianggap tidak pro demo GNPF MUI seperti Metro TV dan lain sebagainya. Ada juga fitnah keji kepada para tokoh-tokoh agama Islam yang kebetulan tidak sejalan dengan GNPF MUI dimana mereka dicaci dan direndahkan serendah-rendahnya tanpa ada sedikitpun penghargaan. Sangat miris dan memprihatinkan sekali. Sepertinya perbedaan pendapat itu menjadi suatu hal yang haram.

Belum lagi adanya hoax perihal fatwa-fatwa ulama-ulama yang mewajibkan ummat islam untuk berjihad demi membela islam walau harus dengan darah sekalipun. Begitu juga dengan hoax perihal pemerintahan Jokowi yang seakan akan pro cina dan komunis. Bagi saya, semua ini adalah fitnah keji yang jelas-jelas dilarang oleh agama Islam. Fitnah hoax ini sangat merugikan bangsa ini karena menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah yang sah. Semua isu “digoreng” oleh mereka mereka yang mempunyai kepentingan. Sedangkan ummat islam dan masyarakat luas terpedaya dan hanya dijadikan Obyek jualan semata.

Anehnya lagi, banyak kawan-kawan saya yang notabene sebagai ustadz malah sangat getol menyebarkan berita-berita provokasi “fitnah” yang belum tentu kebenarannya. Bahkan mereka berani menghakimi dan mendoakan siapapun yang tidak mendukung mereka agar dilaknat oleh Allah. Saya heran, apakah mereka sadar bahwa fitnah itu sangat kejam dan lebih kejam dari pembunuhan dan berdosa besar bagi siapapun yang melakukannya. Entahlah, sepertinya HOAX sudah menjadi bagian “alat perjuangan” mereka dengan memaksakan kehendak atas semua isu yang dikenbangkan mereka.

Saya menduga lebih jauh sepertinya mereka (para penyebar hoax) sengaja memanfaatkan kekuatan dan kebersamaan ummat islam yang tergabung dalam aksi damai 212 demi kepentingan kelompok mereka saja. Bila ditelisik kembali sepertinya kelompok-kelompok ini sengaja menumbuhkan semangat “Islamisme” yang cenderung intoleran. Padahal sesungguhnya semangat “islamisme” harus dilakukan dengan cara-cara yang toleran dan elegan sesuai tuntunan Nabi Muhammad Saw.

Melihat realitas ini, saya sungguh khawatir dengan perjalanan bangsa ini, dimana pasti akan sangat terganggu dan bahkan akan hancur gara-gara gelombang HOAX fitnah yang sangat keji ini. Betapa banyak orang yang menjadi korban gara-gara hoax fitnah keji tersebut. Saya hanya membayangkan betapa kejamnya fitnah ITU, APALAGI BILA suatu saat menimpa diri kita.

Saya berharap, mari hindari menyebarkan berita HOAX karena itu merupakan fitnah keji yang sangat menyakitkan dan merugikan banyak pihak. Kita semua harus sadar bahwa ummat islam hanya menjadi korban dan dijadikan alat semata sementara penikmat sejatinya adalah mereka dengan kepentingan kelompoknya sendiri.

Mari menjadi ummat Islam yang Islami tanpa HOAX/FITNAH.

Saya berharap aparat kepolisian dan pemerintah untuk tegas terhadap para penyebar HOAX Fitnah ini karena bisa mengganggu stabilitas keamanan dan kenyamanan masyarakat dan bangsa tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline