Lihat ke Halaman Asli

Sholehudin A Aziz

Seorang yang ingin selalu bahagia dengan hal hal kecil dan ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk siapapun

Mewaspadai Penunggang Gelap Demo Ahok 4 November 2016

Diperbarui: 26 Oktober 2016   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di alam demokrasi, kebebasan berpendapat dan berekpresi sangat dijunjung tinggi. Termasuk bila esok, tanggal 4 November 2016 akan ada aksi demo besar-besaran yang dilakukan oleh sejumlah kalangan ummat Islam yang bertemakan “Aksi Bela Islam #Penjarakan Ahok”. Melihat sosialisasi dan promosi demo ini, saya kadang merinding melihat dan membacanya. sepertinya akan ada demo besar-besaran yang akan menghebohkan Jakarta. Bagi saya, demo ini tetap sah dan bisa dilaksanakan di alam demokrasi saat ini sebagai bentuk ekpresi menuntut penuntasan kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok

Biang persoalannya adalah Ahok sebagai calon Gubernur dan pernyataannya tentang Surat Al-Maidah ayat 51. Walau Ahok sendiri sudah secara resmi menyatakan minta maaf dan sama sekali tidak bermaksud menista agama. Namun ternyata permohonan maaf dan penjelasan Ahok tidak bisa serta merta menyelesaikan persoalan ini. Sangat maklum sekali, politik isu agama dan sentimen keagamaan di anggap paling jitu menggagalkan Ahok menjadi menjadi Gubernur DKI periode 2017-2022. Setidaknya, Isu ini terlanjur menjadi “amunisi” yang paling berharga bagi kalangan anti Ahok.

Namun bukan itu masalahnya, karena biarlah proses hukum yang akan memutuskan apakah ahok benar-benar bersalah karena menista agama ataukah tidak terbukti. Yang menjadi masalah adalah adanya tekanan dan paksaan bahwa Ahok harus dan wajib dipenjarakan. Bahkan terdapat pernyataan salah satu sekretaris MUI yang menyatakan tentang kehalalan membunuh ahok.

Terus terang, akhir akhir ini saya mulai merasa khawatir dengan penggiringan isu ini ke arah yang lebih jauh yakni kebencian terhadap kelompok non muslim. Bukankah kita ini negara hukum yang menjunjung tinggi hukum? Biarlah pengadilan yang memutuskannya.

Saya mulai khawatir sekali, karena isu ini sangat rentan ditunggangi berbagai kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Feeling saya, demo kali ini bukan murni sebuah perjuangan ummat islam semata namun terdapat agenda yang lebih besar lagi. Keadaan sekarang dan isu yang dikembangkan semakin liar tak terkontrol, bukan lagi soal politik Pilgub DKI, tapi lebih besar dan rumit lagi. saya khawatir demo kali ini ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok radikal yang memiliki faham berhaluan Radikal yang menghalalkan adanya kekerasan dalam menuntaskan tujuan kelompoknya dimana secara lebih jauh berusaha dengan segala cara untuk mendirikan negara Islam. 

Berdasarkan beberapa informasi di media social, seluruh ummat Islam se nusantara bahkan diminta untuk secara serentak mengikuti seruan demo ini. Menurut saya panggungnya mulai digeser dari konteks DKI menjadi konteks Indonesia. Dari konteks Pilkada ke kontek kebencian kepada non muslim. Sangat terkesan arogansinya. Ironisnya lagi, bagi kalangan yang tidak mendukung aksi ini dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki keimanan yang benar dan bahkan dianggap sebagai antek antek Ahok dan lain sebagainya. Sungguh suatu tuduhan dan fitnah yang tidak berdasar sekali. Buya Syafi'i Maarif adalah korban bullying dalam kasus ini. Ia bahkan dicaci maki oleh mereka dan dianggap sebagai penjilat Ahok. Bagi saya, hal ini sudah diluar batas kewajaran.

Namun sepertinya tidak semua ormas keagamaan sepakat dengan aksi ini. NU misalnya menyerukan hal yang berbeda. Melalui ketua Umum PBNU, Prof. DR. KH.Said Aqil Siradj, Warga Nahdliyin meminta para warga NU untuk tidak ikut kegiatan ini. Warga NU boleh pecah soal dugaan penistaan agama oleh Ahok, biarlah hukum yang menyelesaikan kasus Ahok dan lawannya itu, tetapi kita tidak boleh lengah sedikitpun dgn susupan2 kaum radikal, titipan2 isu yang membahayakan NKRI, stabilitas nasional dan toleransi antar umat beragama.

Masih menurut Said Agil, target utama mereka bukan Ahok, terlalu kecil..! Ahok hanya entry point, target mereka hancurnya Islam moderat di Indonesia, Islam yg ramah diganti dengan Islam yang penuh kebencian seperti yang meluluh-lantakkan negara2 Timur Tengah. Setidaknya hawanya cukup terasa, semua isu keagamaan dan politik akhir2 ini rawan sekali ditunggangi. 

Maka dari itu, mari kita sama sama mewaspadai semua gejala ini karena terlalu berat bila kelompok-kelompok berhaluan radikal ini bisa menemukan momentumnya untuk meraih simpati ummat Islam. Padahal seseungguhnya mereka meruntuhkan nama besar dan kebesaran Islam itu sendiri. Saya berharap demo nanti, berjalan dengan lancar dan tidak anarkis karena sesungguhnya Islam sangat menjunjung tinggi moral etika dan anti kekerasan. Islam sangat berorioentasi rahmatan lil alamin. Sebagai ummat Islam yang cinta NKRI mari ciptakan Islam yan damai yang menyejukkan dan membanggakan dengan citra positif, anti kekerasan dan toleran terhadap keberagamaan. Kita bisa beda pilihan politik namun kita bisa tetap tertawa bersama dengan aman dan nyaman. Walahu A’lamu Bishowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline