Lihat ke Halaman Asli

Sholehudin A Aziz

Seorang yang ingin selalu bahagia dengan hal hal kecil dan ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk siapapun

“Kuburkan Partai Politik”

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_115795" align="alignleft" width="274" caption="Pidato Bung Karno 1956"][/caption] Itulah kata-kata Presiden Soekarno, sebagai iluustrasi kekecewaannya terhadap sikap politik dan peran partai-partai, dalam pidato peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1956 yang ia beri judul “Kuburkan Partai Politik”. “Kita semua diserang penyakit. Penyakit yang lebih berbahaya daripada sentimen etnik dan kedaerahan. Anda barangkali bertanya, penyakit apa itu? Dengan terus terang, saya katakan: Penyakit partai politik ….”.

Kiranya illustrasi Bung Karno diatas, masih relevan dan sesuai dengan kondisi saat ini. Eksistensi partai politik ternyata lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positifnya. Buktinya mana? Sungguh tak sulit membuktikannya.

Pertama, partai politik sampai saat ini secara syah dan meyakinkan (versi saya) banyak melakukan praktik korupsi, melalui kader-kadernya yang “ditanam” diberbagai posisi strategis nan “basah”. Motifnya sungguh beragam dari yang biasa hingga yang paling canggih dan halus sekalipun. Kasus yang menimpa Nazaruddin misalnya (dan juga ocehannya dari Singapura), semakin mengentalkan pembuktian bahwa oknum partai ”bermain” korupsi. Dan saya yakin, hal itu demi untuk kepentingan partai juga. Dan tentunya ribuan kasus lainnya yang dilakukan partai-partai lainnya.

Kedua, partai politik secara nyata bertujuan meraih kekuasaan semata-mata dengan segala cara apapun. Tak peduli itu, menkhianati amanat dan kepentingan rakyat, yang pentimg kekuasaan bisa diraih. Kiranya benar apa yang diungkapkan oleh Lenin, politik itu ”siapa yang boleh lakukan apa kepada siapa ( Who could do what to whom). Sementara itu, menurut ahli sains politik, Harold Lasswell, politik itu “siapa yang dapat apa, bila dan bagaimana ( who gets what, when and how). Semua akhirnya berujung kepada meraih kekuasaan dengan segala macam cara tentunya.

Ketiga, partai politik hanya bersikap “NATO – No action talk only”. Coba kita lihat ketika kampanye pemilihan umum berlangsung. Seluruh partai politik seakan pro rakyat dan siap memperjuangkan kepentingan rakyat. Jargon-jargon yang dipergunakan semua serentak sama, untuk kepentingan masyarakat. Namun apa jadinya, setelah pemilihan umum usai, semua janji-janji itu dikubur dalam dalam. Seluruh partai politik ”tiarap” dan tak lagi berminat memperjuangkan kepentingan rakyat.

Dan tentunya masih banyak lagi sisi negatif kiprah partai politik yang bisa kita urai. Sungguh sulit untuk mengatakanbahwa partai politik punya manfaat besarbagi perjalanan bangsa ini. Karena faktanya memang tak banyak manfaatnya untuk negeri ini kecuali sebagai sumber kericuhan dan kegaduhan.

Maka dari itu saya sepakat dengan Bung Karno ”Kuburkan Partai Politik”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline